Minggu, 06 September 2020

Makalah Pemahaman Zakat, Hukum Zakat, Syarat, Rukun Dan Pesan Yang Tersirat Zakat Serta Pembagian Zakat

BAB I
PENDAHULUAN

Zakat menurut istilah agama islam artinya „kadar harta yang tertentu, yang diberikan terhadap yang berhak menerimanya, dengan banyak sekali syarat.“ Hukumnya zakat ialah salah satu rukun islam yang lima, fardhu’ain atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua hijriyah. Firman Allah swt: “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'


BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Pengertian zakat, Hukum zakat, Syarat, Rukun Dan Hikmah Zakat serta Pembagian zakat

A. Pengertian Zakat

Menurut lughat arti zakat adalah tumbuh (al Numuww) mirip pada zakat Al Zar’u yang artinya bertambaha banyak dan mengandung berkat seperti pada zaka’ al malu dan suci(thoharoh) seperti pada nafsan zakiyah dan qad aflaha man zakkaha[1]

Sedangkan menurut Istilah zakat adalah sebagian harta yang sudah diwajibkan oleh Allah swt untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya sebagaiman yang sudah dinyatakan dalam Al Qur’an atau juga boleh diartikan dengan kadar tertentu atas harta tertentu yang diberikan terhadap orang-orang tertentu dengan lafadz zakat yang juga dipakai kepada bab tertentu yang dikeluarkan dari orang yang sudah dikenai keharusan untuk mengeluarkan zakat[2]

Menurut Imam Maliki dalam mendefinisikan zakat bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab(batas kuantitas yang mengharuskan zakat) terhadap orang-orang yang berhak mendapatkannya dengan catatan kepemilikan itu sarat dan mencapai haul, bukan barang tambang dan bukan pertanian.

Menurut madzhab Syafii zakat ialah suatu ungkapan untuk keluarnya harta atau badan sesuai dengan cara khusus, sedangkanmadzhab Hambali mengatakan Zakat yaitu hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kalangan yang khusus pula.[3]


B. Hukum Mengeluarkan Zakat

Zakat merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam dan zakat juga tergolong salah satu panji-panji Islam yang penegakkannya tidak boleh diabaikan oleh siapaun juga. Zakat sudah difardzukan diMadinah pada bulan Syawwal tahun kedua hijrah sehabis terhadap ummat islam diwajibkan berpuasa ramadhan. Dasar-dasar atau landasan keharusan mengeluarkan zakat disebutkan dalam:
  • Al Qur’anS: urat Al Baqarah; 43 

“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'

a) Surat At Taubah; 103 

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kau itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”

b) Surat Al An’am; 141 

“Dan dialah yang menimbulkan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-flora yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang sama (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) jika ia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik karenanya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.

c) Surat At Taubah; 5

“Apabila telah habis bulan-bulan Haram itu Maka Bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu temui mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. kalau mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah keleluasaan kepada mereka untuk berlangsung[. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”[4].
  • As Sunnah

a) Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar Rosulullah bersabda

بني الاءسلا م على خمس شها دة ان لا اله الاالله و ان محمدا رسول الله اقا مة الصلاة و ايتاء الز كاة و حج البيت و صوم رمضان (متفق علبه)

“Islam itu ditegakkan atas lima pilar: syahadat yang memastikan bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat, menunaikan haji dan berpuasa pada bulan puasa” (HR Bukahari Muslim)[5]

b) Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah

ما من صاحب كنز لا يؤ دي ز كا ته الا احمي عليه في نارجهنم فيجعل صفا ئح فتكوى بها جنبا ه و جبهته-الحد يث

(رواه احمد و مسلم)

“Seseorang yang menyimpan hartanya tidak dikeluarkan zakatnya akan dibakar dalam neraka jahnnam baginya dibuatkan setrika dari api, kemudian disetrikakan ke lambung dan dahinya-Al Hadits (HR Ahmad dan Muslim)[6]

c) Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dal buku Al Ausath dan As Saghir dari Ali

ان الله فرض على اغنياء المسا عين في اموا لهم بقد ر الذي يسع فقرا ئهم ولن يجهد الفقراء اذا جا عوا او عروا الا بما يصنع اغنيا ئهم الا وان الله يحا سبهم حسابا شديدا و يعذ بهم عذابااليما

“Allah ta’ala mengharuskan zakat pada harta orang-orang kaya dari kaum muslimin sejumlah yang mampu melapangi orang-orang miskin diantara merela fakir miskin itu tiadalah akan menderita menghadapi kelaparan dan kesusahan sandang kecuali karena perbuatan golongan dan kaya, ingatlah Allah akan mengadili mereka nanti nanti secara tegas dan menyiksa mereka dengan pedih”[7]
Ijma’ Ulama’

Ulama baik salaf (tradisional) maupun khalaf (terbaru) telah setuju akan keharusan zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam[8].


C. Syarat, Rukun Dan Hikmah Zakat

Zakat memiliki beberapa syarat wajib dan syarat sah. Menurut jumhur ulama syarat wajib zakat berisikan:

1. Islam
2. Merdeka
3. Baligh dan Berakal
4. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati

Harta yang memiliki criteria ini ada lima jenis antara lain:
  • Uang, emas, perak baik berupa duit logam maupun uang kertas
  • Barang tambang dan barang temuan
  • Barang dagangan
  • Hasil flora dan buah-buahan
  • Binatang ternak (menurut jumhur ulama yang merumput sendiri atau berdasarkan Maliki hewan yang diberi makan)
5. Harta yang dizakati sudah meraih nishab atau senilai dengannya
6. Harta yang dizakati adalah milik penuh
7. Kepemilikan harta sudah meraih haul (setahun)
8. Harta tersebut bukan termasuk harta hasil hutang
9. Harta yang akan dizakati melebihi keperluan utama


Dan diantara syarat-syarat sah pelaksanaan zakat terdiri atas:

1. Niat
2. Tamlik (memindahkan kepemilikan terhadap penerimanya)

Rukun zakat yaitu mengeluarkan sebagian dari nisab(harta) yang dengan melepaskan kepemilikan terhadapnya, menjadiakannya sebagai milik orang fakir dan menyerahkannya kepadanya atau harta tersebut diserahkan terhadap wakilnya yaitu imam atau orang yang bertugas untuk memungut zakat.[9]

Diantara nasihat disyariatkannya zakat ialah bahwa pendistribusiannya bisa memperbaiki kedudukan penduduk dari sudut sopan santun dan material dimana ia dapat menyatukan anggota-anggota masyarakatnya menjadi seperti sebuah badan yang satu, selain dari itu zakat juga dapat membersihkan jiwa anggota masyarakat dari sifat pelit dan bakhil. Zakat juga ialah benteng keamanan dalam system ekonomi islam sebagai jaminan kearah stabilitas dan kesinambungan sejarah social penduduk .

Diantara nasihat zakat yang lain yang saling menguntungkan baik dari pihak sang kaya maupun dari pihak si miskin antara lain:
  • menolong orang yang lemah dan sukar biar beliau mampu menunaikan kewajibannya terhadap Allah dan terhadap makhluk Allah (masyarakat)
  • membersihkan diri dari sifat kikir dan etika yang tercela, serta membayarkan amanat kepada orang yang berhak dan berkepentingan
  • selaku ucapan syukur dan trimakasi atas lezat kekayaan yang diberikan kepadanya
  • guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si miskin dan yang susah
  • guna mendekatkan relasi kasih sayang dan cinta mengasihi antara si miskin dan si kaya[10]
  • penyucian dari bagi orang yang berpuasa dari kebatilan dan kekokohan untuk memberi makan kepada orang miskin serta sebagai rasa syukur kepada Allah atas selesainya menunaikan kewajiban puasa[11]

D. Zakat terbagi atas dua jenis ialah 

Zakat Fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram/3,5 liter makanan pokok yang ada di kawasan bersangkutan. Zakat Maal (Zakat Harta), mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil bahari, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe mempunyai perhitungannya sendiri-sendiri. 


E. Zakat Fitrah

Makna zakat fitrah, yakni zakat yang sebab diwajibkannya yakni futur (berbuka puasa) pada bulan ramadhan disebut pula dengan sedekah. Lafadh sedekah berdasarkan syara' dipergunakan untuk zakat yang diwajibkan, sebagaimana terdapat pada aneka macam daerah dalam qur'an dan sunnah. Dipergunakan pula sedekah itu untuk zakat fitrah, seakan-akan sedekah dari fitrah atau asal insiden, sehingga wajibnya zakat fitrah untuk mensucikan diri dan membersihkan perbuatannya.

Dipergunakan pula untuk yang dikeluarkan disini dengan fitrah, yaitu bayi yang di lahirkan. Yang berdasarkan bahasa-bukan bahasa arab dan bukan pula mu'arab (dari bahasa lain yang dianggap diskusikan arab)-akan namun ialah perumpamaan para fuqoha'.

Zakat fitrah diwajibkan pada kedua tahun hijrah, adalah tahun diwajibkannya puasa bulan ramadhan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan tindakan yang tidak ada gunanya, untuk memberi makanan pada orang-orang miskin dan mencukupkan mereka dari keperluan dan meminta-minta pada hari raya.

Zakat ini ialah pajak yang berbeda dari zakat-zakat lain, seperti memiliki nisab, dengan syarat-syaratnya yang jelas, pada tempatnya. Para fuqoha' menyebut zakat ini dengan zakat kepala, atau zakat perbudakan atau zakat tubuh. Yang dimaksud dengan tubuh disini ialah langsung, bukan badn yang merupakan dari jiwa dan nyawa.

Adapun dalil atau dasar kewajibannya zakat fitrah adalah berdasarkan atas:

a. Al Qur’an : Surat Al A’la; 14   

"Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman)"

Surat Al Baqarah; 43

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'”[12]

b. As Sunnah

عن ابن عمر قال فرض رسول الله ص.م. زكاة الفطر من رمضان على الناس صا عا من تمر او صا عا من شعير على كل حر او عبد ذكرا و انثى من المسلمين (رواه البخا رى ومسلم) وفى البخارى وكان يعطون قبل الفطر بيوم او يومين

“Dari Ibn Umar beliau berkata: Rasulullah saw mewajibkan zakat fitri(berbuka) bulan ramadhan sebanyak satu sha’(3,1 liter) kurma atau gandum atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau hamba, laki-laki atau wanita”(HR Bukhari Muslim), dalam hadits Bukhari disebutkan “mereka mengeluarkan uang fitrah itu sehari atau dua hari sebelum hari raya”[13]

Adapun hikmah dari kewajiban zakat fitrah adalah penyucian diri bagi orang yang berpuasa dari kebatilan dan kekotoran, untuk memberi makan terhadap orang-orang miskin serta selaku ras syukur terhadap Allah atas selesainya menunaikan keharusan puasa. Rasulullah juga menerangkan ihwal waktu mengeluarkannya yaitu sebelum sholat id, yang dimulai semenjak waktu terutama ialah sehabis tenggelamnya matahari pada malam id (berdasarkan Tsauri, Ahmad, Ishak dan Syafii dalam Al Jadid serta menurut satu berita juga dari Malik)[14].

Dibawah ini akan diterangkan beberapa waktu dan aturan mengeluarkan uang zakat fitrah antara lain:

1. Waktu yang di bolehkan adalah dari permulaan ramadhan sampai hari penghabisan ramadhan
2. Waktu wajib, yaitu mulai terbenam matahari penghabisan ramadhan
3. Waktu yang lebih baik (sunnat), yaitu dibayar setelah shalat subuh sebelum pergi sholat hari raya

عن ابن عباس قال: فرض رسول الله ص.م. زكاة الفطر طهرة للصا ئم و طعمة للمسا كين فمن اداها قبل الصلاة فهي زكاة مقبو لة ومن اداها بعد الصلاة فهي صدفة من الصدفات

“Dari Ibn Abbas, beliau berkata: sudah diwajibkan oleh rasulullah saw zakat fitrah selaku pembersih bagi orang puasa dan memberi makan bagi orang miskin, barang siapa yang menunaikannya sebelum sholat hari raya maka zakat itu diterima, dan barang siapa membayarnya sesudah sholat hari raya maka zakat itu selaku sedekah biasa”(HR Abu Dawud dan Ibn Majah)

4. Waktu makruh, yakni mengeluarkan uang fitrah sesudah hari raya tetapi sebelum terbenam matahari pada hari raya
5. Waktu haram, yaitu dibayar setelah terbenam matahari pada hari raya[15].

Rasulullah juga mengusulkan supaya zakat dikeluarkan atas bayi yang masih dalam kandungan sebagaiman dilaksanakan oleh Ustman bin Affan r. a.[16], menurut Tsauri, Ahmad, Ishak dan Syafii tidak wajib dikelurkan zakat ats bayi yang dilahirkan sehabis waktu diwajibkannya mengeluarkan zakat dan menurut Abu Hanifah, Laits, Syafii masih tetap wajib dikeluarkan zakat ats bayi tersebut karena lahirnya sebelum waktu diwajibkan[17]. Dengan demikian anak yang telah lahir pada ketika matahari terbenam dan istri pada saat itu telah dinikahi dan menjadi tanggungannya maka wajib dikeluarkan zakat fitrahnya begitu pula dengan sebaliknya[18].

Adapun tujuan dari zakat fitrah adalah memenuhi kebutuhan orang-orang miskin pada hari raya lebaran dan untuk menghibur mereka dengan sesuatu yang menjadi masakan pokok penduduk negeri tersebut[19]. Adapun syarat-syarat wajib zakat fitrah terdiri atas:

1. Islam
2. Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan ramadhan

3. Memiliki lebihan harta dan kebutuhan kuliner untuk dirinya sendiri dan untuk yang wajib dinafkahinya baik manusia ataupun hewan pada malam hari raya dan siang harinya, sabda rasulullah

فاعلمهم ان الله فترض عليهم صدقة تؤ خذ من اغنيا ئهم فترد على فقرا ئهم (رواه الجماعة)

“Beritahukanlah kepada mereka (masyarakatyaman), bahu-membahu Allah telah mengharuskan kepada mereka sedekah(zakat) yang diambil dari orang-orang kaya diberikan terhadap orang-orang fakir dikalangan mereka” (HR Jamaah jago hadits)[20]


F. Zakat Maal (harta)

Menurut terminologi (bahasa) harta yakni segala sesuatu yang di kehendaki sekali oleh insan untuk mempunyai, mempergunakan dan menyimpannya. sedangkan berdasarkan ungkapan syara' harta ialah segala sesuatu yang mampu di miliki dan mampu di manfaatkan. sesuatu mampu disebut dengan maal(harta) jika memenuhi dua syarat antara lain:

a. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun dan disimpan
b. Dapat di ambil manfaatnya sesuai dengan ghalibnya seperti rumah, kendaraan beroda empat ternak dan lain sebagainya.


Harta (maal) yang Wajib di Zakati

1. Binatang Ternak mirip: unta, sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas (ayam, itik, burung).
2. Emas Dan Perak
3. Biji makanan yang mengenyangkan mirip beras, jagung, gandum, dan sebagainya
4. Buah-buahan seperti anggur dan kurma
5. Harta Perniagaan


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Sehubungan dengan harta insan terbagi pada tiga tingkatan:
  • Sanggup mengorbankan hartanya untuk kebutuhan dirinya sendiri, untuk menolong orang yang sulit, menolong kemaslahatan dan pertumbuhan agama, kesejahteraan bangsa dan tanah air.
  • Tidak sanggup membelanjakan hartanya kecuali untuk kesenangan dan kemegahan hawa nafsunya sendiri. Tingkatan ini tidak jauh bedanya dengan binatang liar.
  • Orang yang telah diberi rezeki oleh Allah, mendapat harta banyak, sedangkan dia tidak mengambil manfaatnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, hanya dikumpulkan dan dijaganya supaya jangan keluar dari tangannya. Dia semata-mata suka dan kasih pada zat harta, bukan pada keuntungannya.


DAFTAR PUSTAKA
  • Nasution, Lahmanudin, Fiqih 1, (Bandung: Jaya Baru, 1998)
  • Ar Rahman, Syaikh Muhammad Abdul Malik, 1001 Masalah Dan Solusinya, (Jakarta: Pustaka Cerdas Zakat, 2003),
  • Al Zuhayly, Wahbah, Al Fiqh Al IslamiAdillatuh, (Damaskus: Dar Al Fikr, 1995),
  • Al Fauzan, Saleh, Fiqih Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006),
  • Rasyid, Sulaiman Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994),
  • Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah 3, (Bandung: PT Al Maarif, 1982),
_______________
[1] Lahmanudin Nasution, Fiqih 1, (Bandung: Jaya Baru, 1998) h: 145
[2] Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar Rahman, 1001 Masalah Dan Solusinya, (Jakarta: Pustaka Cerdas Zakat, 2003), h: 2
[3] Wahbah Al Zuhayly, Al Fiqh Al IslamiAdillatuh, (Damaskus: Dar Al Fikr, 1995), h: 83-85
[4] Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani, 2006), h: 244
[5] Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar Rahman, 1001 Masalah Dan Solusinya, (Jakarta: Pustaka Cerdas Zakat, 2003), h: 12
[6] Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), h:193
[7] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 3, (Bandung: PT Al Maarif, 1982), h:193
[8] Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar Rahman, opcit, h: 12
[9] Ibid, h: 97
[10] Syaikh Muhammad Abdul Malik Ar Rahman, opcit, h: 17
[11] Sulaiman Rasyid, opcit, h: 217-218
[12] Lahmanudin Nasution, opcit, h: 168
[13] Saleh Al Fauzan, opcit, h: 272
[14] Sayyid Sabiq, opcit, h: 127
[15] Sulaiman Rasyid, opcit, h: 210
[16] Saleh Al Fauzan, opcit, h: 273
[17] Sayyid Sabiq, opcit, h: 128
[18] Lahmanudin Nasution, opcit, h: 170
[19] Saleh Al Fauzan, opcit, h: 274
[20] Sulaiman Rasyid, opcit, h: 208

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon