Rabu, 18 November 2020

Makalah Penelitian Eksperimental

A. Pendahuluan
Salah satu bentuk penelitian yang diketahui dalam meneliti fenomena-fenomena non sosial yakni observasi eksperimental. Penelitian ini umumnya dilaksanakan di laboratorium. Sifatnya yang memerlukan indikasi yang terperinci, konkrit dan mampu dihitung menyebabkannya hanya mampu dipraktekkan pada persoalan-problem yang bisa dijumlah secara matematis.

Hal ini seperti yang diterapkan pada observasi yang ingin mengetahui imbas pupuk A kepada tanaman teh di dalam pot misalnya. Untuk menelitinya maka dibuatlah percobaan dengan memisahkan dua golongan flora teh dalam pot, kalangan A yang diberi pupuk A setiap harinya dan kelompok B yang tidak diberi pupuk. Inikasinya yakni jumlah daun yang bisa dijumlah secara periodik.

Jumlah perbedaan daun antara kalangan A dan kalangan B ialah hasil observasi eksperimental tersebut. tetapi meski demikian, untuk persoalan kehidupan manusia, penelitian ini meski tidak bisa dipraktekkan secara hakiki, tetap saja ada perjuangan untuk menggunakannya teknik ini dengan kuasi eksperimental atau nyaris mirip penelitian eksperimental.Makalah ini akan menguraikan ihwal dilema penelitian eksperimental.

B. Defenisi: Penelitian Eksperimental
Eksperiment berasal dari bahasa Inggris yaitu experiment yang memiliki arti test or trial carried out carefully in order to study what happens and gain new knowledge[1] yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti test atau percobaan yang dijalankan dengan hati-hati untuk mempelajari apa yang terjadi dan untuk menerima pengetahuan yang gres. Experimental ialah kata sifat turunan dari experiment yang mempunyai arti sesuatu yang dipakai berdasarkan percobaan.

Sedangkan dalam pengertian ilmiah, observasi eksperimental memiliki arti penelitian yang dilakukan dengan membandingkan dua kelompok sasaran observasi dengan menunjukkan kondisi yang ketat untuk mendapatkan selisih antara dua golongan tersebut.

Penelitian eksperimental ialah sebuah metode yang sistematis dan logis untuk menjawab pertanyaan: “bila sesuatu dilakukan pada kondisi-keadaan yang diatur dengan teliliti, maka apakah yang mau terjadi?”. Dalam hal ini, peneliti merekayasa stimuli, perlakuan dan lalu mengobeservasi imbas yang timbul.[2]

C. Penelitian Eksperimental dan Kuasi Eksperimental
Penelitian eksperimental menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna membangkitan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan observasi. Penelitian yang memakai rancangan percobaan dianggap selaku jenis penelitian yang paling diharapkan oleh seseorang peneliti. Yang dimaksud dengan percobaan ialah bagian observasi yang membandingkan dua golongan sasaran penelitian. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompol lagi dikendalikan pada sebuah kondisi yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding. Karena itu kelompok kedua ini disebut selaku kelompok pengendali, kalangan kontrol atau golongan pembangding. Selisih tanggap antara golongan perlakuan dengan kelompok kendali menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap golongan perlakuan itu.[3]

Sebagai pola adalah penelitian yang ingin menguji dampak sumbangan ampas teh ke dalam pot yang ditanami bibit suplir. Untuk itu ditawarkan kalangan tumbuhan suplir dalam pot. Susunan tanahnya diusahakan sama dan tanamannya juga berumur sama. Setiap pot berisi tanah yang telah ditanami suplir itu dan yang hendak dipakai selaku anjuran pelaksanaan percobaan dinamakan satuan percobaan.

Penentuan pot mana saja yang ditempatkan dikelompok percobaan dan mana yang dikelompok pembanding diputuskan dengan undian. Penentuan pot yang hendak disiram dan diberi ampas teh setiap pagi diputuskan melaluli undian. Air siraman untuk setiap pot pada kedua kelompok itu juga diberikan sama banyaknya. Karena itu, suplir dalam pot yang ada dalam kelompok kontrol serta suplir yang berkembang dalam pot yang ada dalam kalangan perlakuan sama-sama berkembang pada medium yang sama dan lingkungan yang sama pula, yang berlainan hanyalah pinjaman ampas teh tersebut.

Selanjutnya dijumlah berapa pertambahan jumlah daun baru dalam setiap bulan untuk setiap pot, maka perbedaan jumlah yang terdapat antara golongan pembanding dan golongan kontrol merupakan ukuran imbas derma ampas teh tersebut.

Menurut beberapa sumber bahwa, penelitan cuma dapat dilaksanakan kepada pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut hal-hal yang dapat dikerjakan di laboratorium atau di lapangan yang tidak menyangkut kehidupan manusia.[4] Selain itu, tampak pula bahwa penelitian eskperimental sangat tepat untuk menjawab pertanyaan penelitan yang dapat diubah menjadi hipothesis yang diungkapkan secara kuantitatif, alasannya penelitian kuantitatif bermaksud untuk menerangkan, meramalkan atau mengendalikan fenomena lewat pengumpulan data terkonsentrasi dari data numerik.[5]

Penelitian menggunakan pengendalian perlakuan ketat biasanya tidak dapat dilakasanakan dengan manusia dan dilema kemasyarakatan. Karena, selain bekaitan dengan masalah moral penelitian, di dalam penelitian ilmu-ilmu sosial sangat sulit melakukan penelitian eksperimental, sehingga dikembangkan penelitian yang memakai percobaan hampir eksperimental atau kuasi eksperimental.[6]

Pada observasi eksperimental. penentuan setiap satuan percobaan di dalam satu golongan perlakuan atau kalangan pembanding selalu dikerjakan dengan undian yang istilahnya penentuan secara acak. Penelitian kuasi eksperimental menunjukkan potensi untuk meneliti perlakuan-perlakuan di dalam penduduk yang tidak ditempatkan dengan sengaja, melainkan terjadi secara alami. Akan namun keampuhannya tidak dapat menyamai keampuhan penelitian eksperimental bahwasanya.

Misalnya seorang mahasiswa yang berasal dari kota besar daripada mahasiswa yang berasal dari kota kecil. Maka di saat penerimaan mahasiswa gres, seorang peneliti tersebut akan mencatat ukuran tinggi, bobot, lingkar lengan atas lingkar betis mahasiswa gres. Setelah itu, beliau menggolongkan data yang terkempul kepada dua golongan, yakni kalangan mahasiswa yang berasal dari kota besar dan golongan mahasiswa yang berasal dari kota kecil. Untuk membedakan kedua kelompok ini, peneliti harus mendefenisikan bahwa yang dimaksud dengan kota besar adalah kota yang menjadi ibu kota provinsi, sementara kota kecil yakni kota selain kota besar tersebut. sesudah itu peneliti membandingkan rata-rata lingkar lengan atas, tinggi dan bobot.

Lalu dari penelitian tersebut ia menyimpulkan bahwa mahasiswa yang berasal dari kota besar condong lebih tinggi daripada mahasiswa yang berasal dari kota kecil, akan tetapi lingkar betis mahasiswa yang berasal dari kota besar lebih kecil dari pada mahasiswa yang berasal dari kota kecil. Dari penelitian tersebut, seorang peneliti lalu dapat merancang sebuah observasi yang lebih mendalam wacana prilaku hidup yang berbeda antara mahasiswa yang berasal dari kota besar dan kota kecil.

Penelitian seperti demikian merupakan observasi yang menggunakan kuasi eksperimen, alasannya adalah untuk melakukannya harus beradasarkan eksperimen. Hal ini mampu dijelaskan bahwa, jika dalam penelitian eksperimental maka sang peneliti mesti menentukan dan mengacak semua bayi di Indonesia untuk dibagi menjadi dua golongan, yang berasal dari kota kecil dan besar. Kemudian mereka disuruh bersekolah hingga menjadi mahasiswa, tentu saja observasi seperti itu tidak dapat dilaksanakan. Yang bisa dilaksanakan yakni mengumpulkan data dari bahan yang telah tersedia, sambil mengharapkan bahwa bahan yang ada itu mampu mewakili kondisi yang bantu-membantu dengan cukup baik. Kadang-kadang keinginan itu memenuhi realita, tetapi kadang kurun untuk masalah tertentu peneliti mampu terjebak alasannya selain perlakuan yang terlihat olehnya pada materi percobaan, tanpa ia sadari ada faktor-aspek lain yang mempengaruhi satuan yang diamatinya tersebut.[7]

Semua observasi eksperimental bersifat menguraikan duduk perkara disusun oleh upaya pemahamannya sehingga dikatakan ialah observasi analitik. Lain halnya dengan penelitan yang sama sekali tidak memakai percobaan hingga disebut observasi non-eksperimental. Percobaan kuasi eksperimentalpun sebetulnya lebih bersahabat dengan penelitian non-eksperimental karena untuk penelitiannya tidak diharapkan suatu percobaan terkendali. Penelitian seperti ini dapat bersifat analitik, tetapi mampu pula bersifat deskriptif.

Penelitian deskriptif mampu dianggap sebagai suatu kajian yang ingin memperoleh fakta yang lalu disusul oleh penafsiran. Kajian-kajian deskriptif dapat mencakup penelitan rintisan atau perumusan untuk mengetahui sifat suatu kejadian, sebelum diadakannya suatu observasi yang lebih mendalam. Kajian deskriptif ini pula mampu pula berguna untuk mendapatkan citra wacana ciri-ciri golongan, golongan masyarakat atau organisasi. Sebagai salah satu ciri penelitian ilmiah empirikal, hasil dari observasi eskperimental juga harus mampu diuji coba ulang pada tempat dan waktu lainnya. Objektifitas sebuah hasil observasi sangat tergantung dengan hal ini.[8]

D. Kelompok Eksperimen (Perlakuan) dan Kelompok Kontrol
Suatu eksperimen mengandung upaya perbandingan tentang akhir dari suatu tritmen tertentu dengan sebuah tritmen lainnya yang berlainan atau dengan yang tanpa ada tritmen. Di dalam referensi tentang eksperimen konvensional yang sederhana, biasanya dibuatkan suatu golongan eksperimen dan golongan kendali. Kelompok eksperimen dan kendali tadi, sedapat mungkin sama atau mendekati sama cirinya. Pada golongan eksperimen diberikan tritmen atau perlauan tertentu, sedangkan pada kalangan kontrol tidak diberikan. Kemudian, kondisi dua golongan ini diobservasi untuk menyaksikan dan memilih perbedaan atau pergeseran yang terjadi pada kelompok eksperimen.

Namun, bagaimanapun juga, eksperimen tidak selalu ditandai dengan pembandingan sebuah kelompok yang diberi tritmen dan kalangan yang tidak diberi tritmen. Ada banyak tipe, kadar dan tingkatan aspek eksperimental yang mampu ditetapkan pada sejumlah kalangan-kalangan. Misalnya dalam mengeksperimentasikan efektifitas sebuah obat penurun panas, maka bisa dibuat tiga kelompok, kelompok yang diberi takaran lebih, kelompok yang diberi takaran normal dan kelompok yang diberi dosis minim. Kaprikornus dalam penelitian seperti ini, semua kelompok mendapatkan tritmen, dan tidak ada kalangan kontrol.[9]

dalam relevansinya dengan observasi mirip tersebut di atas, maka yang menjadi komponen penting dalam eksperimen yakni adanya kontrol kepada aspek-faktor eksperimen, dan mengobservasi pengaruh dari faktor-aspek eksperimental tersebut.

D. Penutup
Salah satu bentuk penelitian yang diketahui dalam meneliti fenomena-fenomena non sosial ialah observasi eksperimental. Penelitian eksperimental memiliki arti penelitian yang dikerjakan dengan membandingkan dua kalangan target penelitian dengan menunjukkan kondisi yang ketat untuk mendapatkan selisih antara dua kalangan tersebut. Penelitian ini umumnya dilaksanakan di laboratorium. Sifatnya yang membutuhkan indikasi yang terperinci, konkrit dan bisa dijumlah menyebabkannya cuma bisa dipraktekkan pada masalah-masalah yang bisa dijumlah secara matematis. Maka untuk kepentingan penelitian keilmuan yang bekaitan dengan masalah sosial, dibangunlah teknik penelitian kuasi ekperimental. Teknik observasi kuasi eksperimental ialah teknik penelitian yang mendasarkan penelitiannya atas ekperimen dan data yang sudah ada dari bahan-bahan yang bisa mewakili keadaan aslinya. Pada hakikatnya teknik observasi eksperimental jauh lebih ketat dari pada kuasi ekperimental.

Daftar Pustaka
  • Babbie, Earl, The Practice of Social Research. Belmont: Wadworth Publishing, 1979.
  • Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional, 1982.
  • Hornby, A. S., Oxford Advanced Dictionary . Oxford: Oxford University Press, 1974.
  • Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
  • Moelong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
  • Suwondo,Tirto, Studi Sastra. Yogyakrta: Hanindita, 2005.
Footnote
-----------------------
[1] A. S Hornby, Oxford Advanced Dictionary (Oxford: Oxford University Press, 1974), h. 299.
[2] SanaPiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 77.
[3] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 110.
[4] Ibid, h. 112.
[5] Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 30.
[6] Earl Babbie, The Practice of Social Research (Belmont: Wadworth Publishing, 1979), h. 37.
[7] Margono, Metodologi Penelitian. H. 115.
[8] Tirto Suwondo, Studi Sastra (Yogyakrta: Hanindita, 2005), h. 27.
[9] SanaPiah Faisal, Metodologi Penelitian, h. 81.
[10] SanaPiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 77.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon