Makalah Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat
Oleh: Ibrahim Lubis, M.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang di hadapi oleh penduduk kita saat ini . Semakin maju teknologi di bidang kedokteran ,bertambah banyak pula macam penyakit yang mendera masyarakat. Hal ini tentu sajadi pengaruhi oleh aspek tingkah laris insan itu sendiri. Tapi apakah benar hanya faktor tingkah laris saja yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat? Sebelum membicarakan ihwal problem kesehatan masyarakat tentunya lebih baik kalau kita mengetahui konsep dari kesehatan penduduk itu apalagi dulu.
A. Pengertian Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak para mahir kesehatan menciptakan batas-batas kesehatan penduduk ini. Secara kronologis batasan-batas-batas kesehatan penduduk mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batas-batas yang luas mirip yang kita anut ketika ini dapat diringkas selaku berikut. Batasan yang paling bau tanah, dibilang bahwa kesehatan penduduk adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-persoalan sanitasi yang mengusik kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat yaitu sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan sanitasi lingkungan yakni ialah aktivitas kesehatan masyarakat. Kemudian pada selesai abad ke-18 dengan diketemukan bakter-kuman penyebab penyakit dan berbagai macam imunisasi, acara kesehatan masyarakat ialah pencegahan penyakit yang terjadi dalam penduduk lewat perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit lewat imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan penduduk telah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan sebuah upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri ialah integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan berikutnya, kesehatan penduduk diartikan sebagai aplikasi dan acara terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam menghalangi penyakit yang melanda masyarakatatau penduduk .
B. Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan penduduk tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, ialah Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan selaku seorang dokter pertama yang ganteng dan berilmu walaupun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang sudah ditempuhnya namun diceritakan bahwa ia sudah dapat mengobati penyakit dan bahkan melaksanakan bedah menurut mekanisme-mekanisme tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan duduk perkara kesehatan yaitu, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan problem kesehatan melalui “hidup sebanding”, menyingkir dari makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melaksanakan olahraga.
Apabila orang yang telah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melaksanakan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan kuliner yang bagus ketimbang dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, karenanya muncul 2 pedoman atau pendekatan dalam menanggulangi duduk perkara-persoalan kesehatan. Kelompok atau pedoman pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang berikutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini kebanyakan berisikan dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melaksanakan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan kalangan kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, condong melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan mengembangkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam golongan ini termasuk para petugas kesehatan penduduk lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari aneka macam jenjang. Dalam kemajuan berikutnya maka seakan-akan muncul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kalangan ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dikerjakan antara lain sebagai berikut :
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dijalankan terhadap sasaran secara perorangan, kontak terhadap sasaran (pasien) kebanyakan cuma sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.Sedangkan pendekatan preventif, target atau pasien adalah penduduk (bukan perorangan) problem-dilema yang ditangani kebanyakan juga masalah-duduk perkara yang menjadi masalah penduduk , bukan problem individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (target) lebih bersifat kemitraan tidak mirip antara dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya cuma menanti dilema datang. Seperti misalnya dokter yang menanti pasien datang di Puskesmas atau daerah praktek. Kalau tidak ada pasien datang, bermakna tidak ada masalah, maka selesailah peran mereka, bahwa masalah kesehatan ialah adanya penyakit.Sedangkan golongan preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari dilema. Petugas kesehatan penduduk tidak hanya menunggu pasien tiba di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melaksanakan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif condong menyaksikan dan menanggulangi klien atau pasien lebih kepada metode biologis insan atau pasien cuma dilihat secara parsial, padahal insan terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang tampakantara aspek satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pendekatan preventif menyaksikan klien selaku makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata alasannya terganggunya metode biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, faktor biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak perorangan dan parsial namun mesti secara menyeluruh atau holistik.
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat
A. Pengertian Kesehatan Masyarakat
Sudah banyak para mahir kesehatan menciptakan batas-batas kesehatan penduduk ini. Secara kronologis batasan-batas-batas kesehatan penduduk mulai dengan batasan yang sangat sempit sampai batas-batas yang luas mirip yang kita anut ketika ini dapat diringkas selaku berikut. Batasan yang paling bau tanah, dibilang bahwa kesehatan penduduk adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-persoalan sanitasi yang mengusik kesehatan. Dengan kata lain kesehatan masyarakat yaitu sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan sanitasi lingkungan yakni ialah aktivitas kesehatan masyarakat. Kemudian pada selesai abad ke-18 dengan diketemukan bakter-kuman penyebab penyakit dan berbagai macam imunisasi, acara kesehatan masyarakat ialah pencegahan penyakit yang terjadi dalam penduduk lewat perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit lewat imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan penduduk telah berkembang dengan baik, kesehatan masyarakat diartikan sebuah upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri ialah integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan berikutnya, kesehatan penduduk diartikan sebagai aplikasi dan acara terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam menghalangi penyakit yang melanda masyarakatatau penduduk .
B. Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan penduduk tidak terlepas dari 2 tokoh metologi Yunani, ialah Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan selaku seorang dokter pertama yang ganteng dan berilmu walaupun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang sudah ditempuhnya namun diceritakan bahwa ia sudah dapat mengobati penyakit dan bahkan melaksanakan bedah menurut mekanisme-mekanisme tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai isterinya juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan / penanganan duduk perkara kesehatan yaitu, Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Sedangkan Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan problem kesehatan melalui “hidup sebanding”, menyingkir dari makanan / minuman beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melaksanakan olahraga.
Apabila orang yang telah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melaksanakan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan kuliner yang bagus ketimbang dengan pengobatan / pembedahan.
Dari cerita mitos Yunani, Asclepius dan Higeia tersebut, karenanya muncul 2 pedoman atau pendekatan dalam menanggulangi duduk perkara-persoalan kesehatan. Kelompok atau pedoman pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang berikutnya disebut pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini kebanyakan berisikan dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi lain yang melaksanakan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, mental maupun sosial.
Sedangkan kalangan kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, condong melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit dan mengembangkan kesehatan (promosi) sebelum terjadinya penyakit. Kedalam golongan ini termasuk para petugas kesehatan penduduk lulusan-lulusan sekolah atau institusi kesehatan masyarakat dari aneka macam jenjang. Dalam kemajuan berikutnya maka seakan-akan muncul garis pemisah antara kedua kelompok profesi, yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan atau preventif (preventive health care). Kedua kalangan ini dapat dilihat perbedaan pendekatan yang dikerjakan antara lain sebagai berikut :
Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dijalankan terhadap sasaran secara perorangan, kontak terhadap sasaran (pasien) kebanyakan cuma sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh.Sedangkan pendekatan preventif, target atau pasien adalah penduduk (bukan perorangan) problem-dilema yang ditangani kebanyakan juga masalah-duduk perkara yang menjadi masalah penduduk , bukan problem individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat (target) lebih bersifat kemitraan tidak mirip antara dokter-pasien.
Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya cuma menanti dilema datang. Seperti misalnya dokter yang menanti pasien datang di Puskesmas atau daerah praktek. Kalau tidak ada pasien datang, bermakna tidak ada masalah, maka selesailah peran mereka, bahwa masalah kesehatan ialah adanya penyakit.Sedangkan golongan preventif lebih mengutamakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah tetapi mencari dilema. Petugas kesehatan penduduk tidak hanya menunggu pasien tiba di kantor atau di tempat praktek mereka, tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat, dan melaksanakan tindakan.
Ketiga, pendekatan kuratif condong menyaksikan dan menanggulangi klien atau pasien lebih kepada metode biologis insan atau pasien cuma dilihat secara parsial, padahal insan terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang tampakantara aspek satu dengan yang lainnya.
Sedangkan pendekatan preventif menyaksikan klien selaku makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak semata-mata alasannya terganggunya metode biologi individual tetapi dalam konteks yang luas, faktor biologis, psikologis dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak perorangan dan parsial namun mesti secara menyeluruh atau holistik.
DAFTAR PUSTAKA
- Ambarwati,Eny Retna. 2009.Asuhan Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha Medika
- Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) jilid I cetakan keenam; Jakarta; 2011
- Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
- Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan Jurusan Kebidanan Politeknik Makassar.
EmoticonEmoticon