A. PENGERTIAN DZIKIR DAN DO’A 1. Pengertian Dzikir Dzikir atau ذكر berdasarkan bahasa Arab mempunyai arti mengenang. Dzikir yang dimaksud yakni dzikir mengingat Allah dengan melaksanakan banyak sekali amaliyah qalbiyah (yang berada di ati). Untuk menolong amaliyah qalbiyah mampu di praktikan dengan melakukan amaliyah lisaniyah berupa ucapan untuk mempertegas apa yang ada di dalam hati. Pada dasarnya banyak fasilitas untuk mengenang Allah. Yang paling penting yaitu setiap ketika harus mengenang Allah. Hati kita selalu dipenuhi ingat kepada Allah. Biasanya, kaum Nahdliiyin melaksanakan amaliyah dzikir, do’a, dan wirid, seperti membaca kalimat shalawat, istighfar, tahlil, tasbih, tahmid, dan lain-lain. Dzikir yaitu suatu tindakan yang bertujuan untuk mengingat Allah. Dzikir akan mempersembahkan hati insan selaku tempat suci, kawasan alam semesta berubah menjadi selaku bukti kehadiran Allah. Para santri, kalau sudah masuk aliran tasawuf lazimnya akan diberi bimbingan dzikir. Dzikir bersumber dari Nabi Muhammad. Setiap santri akan mendapat ijazah atau amalan yang berlawanan sesuai dengan tingkat keilmuannya. Berdzikir dan berpikir tidak mudah dilaksanakan kecuali dengan meninggalkan dunia dan segala kenikmatannya, serta cukup mengambil dari dunia sebatas yang di perlukan40 2. Pengertian Do’a Do’a secara bahasa berasal dari bahasa Arab �دع yang artinya menyeru. Do’a memiliki arti usul atau permintaan kepada Allah supaya dikabulkan apa yang dimohon oleh seorang hamba. Pada dasarnya do’a mampu dilaksanakan dengan cara dan bahasa apapun yang tidak berlawanan dengan syara’. Namun biasanya kaum Nahdliyyin menggunakan do’a-do’a berbahasa Arab seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah . B. PERINTAH BERDZIKIR DAN BERDO’A KEPADA ALLAH DALAM ALQUR`AN DAN AL-HADIST 1. Perintah Berdzikir Kepada Allah dalam Alquran Perintah berdzikir bersumber pada Alquran dan Al-Haditst. Berdasarkan Quran, Allah . memerintahkan kita agar berdzikir dengan menyebut nama-Nya sebanyak-banyaknya, Perintah berdzikir menurut pada Alqur’an surah Al Ahzab ayat 41 Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab ayat 41) Perintah berdzikir dengan menyebut nama-Nya juga ditegaskan dalam Alqur’an surat Al-Baqarah ayat 198. “Maka kalau kau sudah bertolak dari `Arafah, berzikirlah terhadap Allah di Masy’arilharam. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya terhadap- mu. dan sesungguhnya kau sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat” (QS. Al-Baqarah ayat 198). Allah juga menjanjikan bahwa saat kita mengingat-Nya maka Allah juga senantiasa mengenang kita. “Karena itu, camkan kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah terhadap-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah ayat 152). 2. Perintah Berdzikir Kepada Allah dalam Al-Hadits Dalam suatu hadits qudsi, yang riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Allah berfirman: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah. bersabda: “Allah berfirman: ‘Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya saat beliau berdzikir terhadap-Ku. Jika ia ingat terhadap-Ku dalam dirinya, pasti Aku ingat pula kepadanya dalam diri-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku di tengah- tengah rombongan, niscaya Aku ingat pula kepadanya dalam rombongan yang lebih baik dibandingkan dengan rombongan itu. Jika dia mendekati-Ku satu jengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika ia mendekati-Ku satu hasta, pasti Aku mendekatinya satu depa. Jika beliau tiba terhadap-Ku sambil berjalan, pasti Aku tiba kepadanya dengan berlari.”41 Dalam suatu riwayat hadits di tegaskan wacana keutamaan ber- kumpul pada majelis dzikir, di sunatkan duduk dalam halaqah atau bulat dzikir. Dari Anas r.a., Rasulullah bersabda: “Jika kalian melewati taman surga, hendaklah kamu ikut bercengkrama!.” Mereka bertanya: “Apakah taman nirwana itu?” Rasulullah ` bersabda: “Yaitu bulat dzikir.” (HR. at-Tirmidzî).42 3. Perintah Berdo’a dalam Alquran Perintah berdo’a bersumber pada Quran. Allah meme- rintahkan manusia semoga berdo’a dan merendahkan diri pada-Nya, Allah berjanji akan mengabulkan do’a setiap insan. Perintah berdo’a berdasarkan Alquran surat Al-Ghafir ayat 60. “Berdo’alah terhadap-Ku, niscaya akan Kukabulkan do’a kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdo’a terhadap-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Al-Ghafir ayat 60). Allah Mempertegas perihal eksistensi-Nya dan akad-Nya dalam mengabulkan do’a manusia dalam Quran Surat Al-Baqoroh ayat 186. “Dan kalau hamba-hamba-Ku mengajukan pertanyaan kepadamu ihwal Aku, maka ( jawablah), sebetulnya Aku yakni erat. Aku mengabulkan permintaan orang yang berdoa kalau dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu menyanggupi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada- Ku, supaya mereka senantiasa berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqoroh ayat 186) 4. Perintah Berdo’a dalam Al-Hadits Do’a ialah ibadah. Berdo’a bentuk kesadaran untuk mengenal Allah merendahkan diri di hadapan-Nya, butuh kepada Allah dan menghamba kepada-Nya. Dari an-Nu’man bin Basyir r.a., Rasulullah bersabda: “Do’a yaitu ibadah.”43 C. ADAB BERDZIKIR DAN BERDO’A Berdzikir dan berdo’a ialah sarana untuk mendekatkan diri pada Allah Oleh alasannya itu penting untuk memperhatikan budpekerti dalam berdzikir dan berdo’a, supaya apa yang kita panjatkan sesuai dengan kaidah yang sudah Allah memutuskan. Adapun budbahasa berdzikir dan berdo’a ialah sebagai berikut : 1. Bersuci Bersuci ialah membersihkan diri, ialah mensucikan diri dari najis dan jinabah. Perintah bersuci di terangkan dalam Quran Surat Al- Ma’idah ayat 6 : “Hai orang-orang yang beriman, kalau kau hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan kalau kau junub maka mandilah, dan kalau kamusakitataudalamperjalanan ataukembali dari tempat buang air (kakus) atau menjamah perempuan, kemudian kau tidak menemukan air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (higienis); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyusahkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat- Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Mâ`idah Ayat 6). Berwudhu mampu melebur atau menghapus segala dosa. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari ‘Usman ibn ‘Affan berikut ini: Usman bin Affân berkata bahwa Rasulullah r bersabda: “Siapa yang berwudhu` dan terus memperbaiki wudhu`nya, maka segala dosa-dosanya dikeluarkan dari badannya sampai- sampai dikeluarkan dari ujung-ujung kukunya. (HR Muslim). 2. Mencari yang halal Harta atau masakan yang ditemukan dari hal yang tidak halal mampu menimbulkan tertolaknya do’a. Hal ini sesuai dengan informasi dalam musnad dari Imam Ahmad serta shahih dari Muslim terdapat riwayat dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda: “Wahai sekalian insan, bahu-membahu Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan mendapatkan sesuatu melainkan yang baik pula. Dan bahu-membahu Allah sudah menyuruh terhadap orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya terhadap para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah kuliner yang baik- baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’.(QS.Al-Mu’minun ayat 51) Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang sudah kami rezekikan kepadamu’.(QS. Al-Baqarah 172). Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan perihal seroang pria yang telah usang berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?” (HR. Muslim).44 3. Menghadap Kiblat dan Menghadirkan Hati Seseorang lebih akrab keberadaannya dengan Tuhannya kalau beliau menghadap kiblat. Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan dia terus berdoa hingga matahari terbenam. (HR. Muslim). 4. Mengangkat kedua tangan Berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibnu Abbas ,, bahwa Rasulullah bersabda: “Jika kau meminta hendaklah dengan mengangkat kedua tangamu setentang kedua bahumu atau kira-kira sententangnya, dan kalau istighfar yakni dengan menunjuk dengan suatu jari, dan bila berdo’a dengan melepas jari-jemari tangan.” Dan diriwayatkan dari Malik bin Yasar ,, bahwa Rasulullah bersabda: “Jika kau meminta terhadap Allah, maka mintalah dengan bab dalam telapak tanganmu, jangan dengan punggungnya” Sedang dari Salman ,, sabda Nabi : “Sesungguhnya Tuhanmu Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi adalah Maha Hidup lagi Maha Murah, ia merasa aib terhadap hamba Nya jikalau beliau menadahkan tangan kepada Nya, akan menolaknya dengan tangan hampa.” 5. Memulainya dengan memuji Allah, memuliakan dan menyanjung Nya, serta bershalawat terhadap Nabi . Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasai, juga oleh Turmudzi yang menyatakan sahnya, dari Fudhalah bin ‘Ubeid ,, : “Bahwa Rasulullah . mendengar seorang pria berdo’a final shalatnya, tanpa membesarkan Allah dan mengucapkan shalawat Nabi, maka sabdanya : “Orang ini terlalu buru-buru”. Kemudian dipanggilnya orang itu, dan beliau (Rasulullah ) memberikan kepadanya, juga terhadap orang-orang lain: “Jika salah seorang diantaramu berdo’a, hendaklah dimulainya dengan membesarkan Tuhannya yang Maha Agung dan Maha Mulia itu serta menyanjung-Nya, kemudian mengucapkan shalawat atas Nabi ., serta sesudah itu barulah beliau berdo’a meminta apa yang diingininya”. 6. Memperhatikan dikala-saat yang sempurna dan utama Seperti pada hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum’at, sepertiga terakhir di malam hari, waktu sahur, ketika sedang sujud, dikala turun hujan, antara adzan dan iqomat, simpulan sholat fardhu, dikala dalam ketakutan atau sedang beriba hati. Dan lain-lain. Diterima dari Abu Umamah ,. : . “Seseorang mengajukan pertanyaan : “Ya Rasulullah, do’a manakah yang lebih di dengar Allah?” Sabda Nabi : “Do’a ditengah-tengah final malam, dan selesai shalat fardhu”. (Riwayat Turmudzi) D. WAKTU UTAMA UNTUK BERDZIKIR DAN BERDO’A Waktu-waktu utama untuk berdzikir kepada Allah sesuai dengan keterangan dalam ayat-ayat Alqur`an dan aneka macam hadits Nabi adalah waktu subuh, sore, pagi, setiap akhir shalat wajib utamanya shalat subuh dan magrib, sebelum tidur dan tengah malam, saat menjelang subuh dan hari Jum’at. Waktu-waktu tersebut ialah waktu yang utama untuk memperbanyak berdzikir kepada Allah. 1. hadits perihal keutamaan dzikir pada waktu subuh dan sore hari Diriwayatkan dari Buraidah r.a., dia berkata bahwa Rasulullah. bersabda: “Barangsiapa dikala masuk waktu subuh dan sore hari, ia mengucapkan: (Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada dewa selain Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berjanji pada-Mu sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung pada- Mu dari segala keburukan yang telah kuperbuat. Aku mengakui bahwa segala nikmat ialah dari-Mu dan saya mengakui segala dosa yang sudah aku perbuat. Ampunilah saya! Karena tidak ada yang mengampuni segala dosa selain Engkau) kemudian dia mati pada hari itu atau malamnya, maka dia masuk nirwana.” Diriwayatkan dari Tsauban ,., bekerjsama Rasulullah. bersabda: “Barangsiapa dikala memasuki waktu subuh/pagi dan sore hari, beliau mengucapkan: (Aku ridha Allah selaku Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi dan rasul) sebanyak tiga kali, maka keharusan bagi Allah untuk meridhainya pada hari Kiamat.” (HR Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa`i, Ibnu Majah, al-Hakim dan at- Tirmidzi). 2. Hadits perihal keutamaan berdzikir dikala subuh, sore dan hendak tidur Diriwayatkan dari Abu Bakar ,., bekerjsama Rasulullah bersabda: “Allah berfirman: ‘Katakanlah kepada umatmu biar mereka mengucapkan: (Tidak ada daya dan kekuatan selain bantuan Allah) sebanyak sepuluh kali pada pagi, sore dan dikala hendak tidur, maka (dzikir tersebut yang dibaca mereka) saat hendak tidur akan menghindarkan mereka dari petaka dunia, (dzikir tersebut yang diucapkan) saat sore hari akan menghindarkan mereka dari tipu daya setan dan (dzikir tersebut yang diucapkan) ketika pagi hari akan menghindarkan mereka dari seburuk-buruknya murka-Ku.’” (HR ad-Dailami). 3. Do’a yang diucapkan sebelum tidur Dari Aisyah r.a. sebenarnya Rasulullah saat dia hendak menuju ranjangnya pada setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya lalu membaca Surah al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas pada kedua telapak tangannya itu. Lalu dia mengusapkan kedua telapak tangannya pada tubuhnya sedapatnya, ia memulai dengan mengusap kepalanya, wajahnya dan pada bab tubuh yang mampu beliau sentuh. Beliau melaksanakan hal tersebut sebanyak tiga kali.” (HR al-Bukhârî dan Muslim). Dari Abu Sa’id al-Khudri Rasulullah bersabda: “Siapa yang ketika hendak tidur berkata: Aku mohon ampun terhadap Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurusi (makhluk-Nya) dan aku bertaubat terhadap-Nya) sebanyak tiga puluh tiga kali, maka Allah mengampuni segala dosanya, walaupun dosanya mirip buih di bahari, sebanyak daun di pohon, sebanyak pasir yang bernafsu dan sebanyak hari di dunia.” (HR Imam Ahmad dan at-Tirmidzî). Dari Abu Dzar al-Ghifari, sebenarnya Rasulullah ketika hendak ke kawasan tidurnya pada malam hari, dia menaruh tangannya di bawah pipinya lalu mengucapkan doa: Dengan menyebut nama Allah yang membangkitkan dan mematikan). Ketika bangun ia mengucapkan doa: Segala puji bagi Allah yang menghidupkanku sehabis memati- kanku dan hari Kiamat kembali terhadap-Nya.) (HR Ahmad, al- Bukhari dan Muslim). Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a., sebenarnya Rasulullah bersabda: “Jika kau berada di daerah tidurmu maka ucapkanlah: Ya Allah! Engkau sudah menciptakan jiwaku dan Engkaulah yang mau mematikan jiwaku. Milik-Mu kematian dan kehidupan jiwaku. Jika Engkau sudah membangkitkan jiwaku maka jagalah dia. Jika Engkau mematikan jiwaku maka ampunilah dia. Ya Allah! Sesungguhnya saya mohon kekuatan kepada-Mu.)” (HR Muslim). 4. Do’a yang Utama yang Diucapkan Pada Hari Jum’at Diriwayatkan dari Jâbir r.a., bekerjsama Rasulullah bersabda: “Jika seseorang berdoa memohon sesuatu dengan doa ini diantara terbit dan terbenamnya matahari pada satu waktu di hari Jum’at, pastilah akan dikabulkan baginya (doanya), adalah doa: (Tidak ada yang kuasa selain Engkau, wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Dermawan, wahai Yang Menciptakan langit dan bumi, wahai Yang Mempunyai Keagungan dan Kemuliaan).” (HR al- Khatib). Dari ‘Aisyah r.a., bahu-membahu Rasulullah bersabda: “Siapa yang membaca surah al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas sebanyak tujuh kali sehabis shalat Jum’at, maka Allah melindunginya dari keburukan hingga Jum’at selanjutnya.” (HR Ibnu as-Sunni). Adapun waktu-waktu utama untuk berdoa, yaitu: 1. Pada bulan Ramadhan, khususnya pada malam Lailatul Qadar. 2. Pada waktu wukuf di ‘Arafah, dikala menunaikan ibadah haji. 3. Ketika turun hujan. 4. Ketika akan memulai shalat dan sesudahnya. 5. Ketika menghadapi barisan lawan dalam medan pertempuran. 6. Di antara adzan dan iqamat. 7. Ketika I’tidal yang akhir dalam shalat. 8. Ketika sujud dalam shalat. 9. Ketika khatam (selesai) membaca Alquran 30 Juz. 10. Sepanjang malam, utama sekali sepertiga yang selesai dan waktu sahur. 11. Sepanjang hari Jumat, sebab mengharap berjumpa dengan ketika ijabah (saat diperkenankan doa) yang terletak antara terbit fajar hingga terbenam matahari. 12. Pada waktu pengajian (mencar ilmu) di sebuah majelis. 13. Pada waktu minum air zam-zam. Nabi bersabda: “Tuhan turun ke langit dunia, saat malam sudah tinggal sepertiga yang akhir. Maka berkatalah Tuhan: Siapa-siapa yang mendoa kepada-Ku, maka Aku perkenankan doanya. Siapa yang minta ampun terhadap-Ku, maka Aku ampuni ia.” (HR. Bukhari dan Muslim). ”Pada waktu malam, bantu-membantu ada suatu dikala, dimana kalau seseorang muslim memohon terhadap Allah suatu kebajikan dunia dan darul baka dikala itu, niscaya Allah mengabulkannya.” (HR. Muslim). “Ditanyakan orang terhadap Rasulullah Wahai Rasulullah, manakah doa yang paling didengar Allah.”? Rasulullah menjawab: “Doa ditengah malam dan doa sehabis shalat wajib.” (HR. Al-Turmudzî). ”Jarak yang paling akrab antara seorang hamba dengan Tuhannya yakni ketika sujud. Maka perbanyaklah doa (dikala itu).” (HR. Muslim). Diriwayatkan dari Anas, Rasulullah bersabda: “Do’a di antara adzan dan iqamah tidak ditolak.” (HR at-Tirmidzî dan Abu Dawud).45 Diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad, Rasulullah bersabda: “Dua hal yang tidak ditolak atau sedikit sekali ditolak, yakni do’a dikala ada panggilan (adzan) dan ketika dalam kesusahan, saat sebagian orang menganiaya sebagian yang yang lain.” (HR Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibbân).46 Dalam riwayat lain dibilang: “Ketika turun hujan.” (HR Abu Dawud). Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Seorang hamba paling erat dengan Tuhannya dikala beliau sedang sujud. Karena itulah, maka perbanyaklah do’a (ketika sujud).” (HR Muslim, Abu Dawud dan an-Nasa`i). Hadis di atas merupakan dalil yang menjadi pegangan banyak orang dalam membahas tema perihal bersahabat dengan Allah selaku - mana yang mau kita ketahui dalam pertimbangan -usulan Ibnu ‘Atha`. Meskipun demikian, erat dengan Allah tidak mirip dekat dengan makhluk. Tempat-daerah yang baik untuk berdoa 1. Di kurun menyaksikan ka’bah. 2. Di masa melihat masjid Rasulullah 3. Di daerah dan di periode melaksanakan thawaf. 4. Di segi Multazam. Didalam Ka’bah. 5. Di segi sumur Zamzam. 6. Di belakang makam Ibrahim. 7. Di atas bukit Shafa dan Marwah. 8. Di ‘Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di segi Jamarat yang tiga. 9. Di tempat-daerah yang mulia lainnya, mirip di Masjid dan tempat- tempat peribadatan yang lain. E. PENGERTIAN ISTIGHATSAH Istighotsah dalam bahasa Arab berarti “meminta bantuan”. Istighotsah bagi umat Islam telah ada semenjak nabi, dikala itu ketika perang Badar. Umar bin Khatab meriwayatkan, pada waktu perang Badar ( perang pertama bagi umat Islam melawan kaum musyrikin) nabi menyaksikan sahabatnya hanya 313 orang, sedang jumlah kaum musyrikin 1000 orang. Nabi menghadap kiblat dengan sorban di pundaknya seraya berdo’a: Ya Allah, tepatilah komitmen-Mu kepadaku, jika sekelompok golongan muslim ini hancur maka tidak akan ada lagi orang yang mau menyembah-Mu selamanya. Umar kemudian melanjutkan riwayatnya bahwa nabi melanjutkan istighotsahnya dan berdo’a sampai sorban di pundaknya jatuh, oleh Abu Bakar di letakkan lagi di pundaknya seraya berkata: Ya Nabi Allah, cukuplah do’a-do’amu kepada Tuhanmu. Dia niscaya akan menepati kesepakatan- Nya kepadamu.47 Menurut riwayat lain, para sahabat yang datang ikut mengamini do’a Rasulullah48. Setelah Nabi Muhammad simpulan istighotsah, Allah menurunkan malaikat Jibril dengan menjinjing firman surat Al-Anfal ayat 9 : (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, kemudian diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan menghadirkan bala santunan kepada kau dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”. Istilah istighotsah populer pada tahun 1995 dikala kekuasaan Soeharto mencapai puncaknya dan suhu perpolitikan makin memanas. Para agamawan, utamanya para ulama, sangat gerah dengan polah Pak Harto yang semakin hari makin memberikan tangan besinya hingga muncul ungkapan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Cara halus yang ditampilkan para ulama, khususnya dari golongan NU, ialah “mengadukan” hal ini kepada Allah dengan memanjatkan doa bersama, yang lalu do’a bersama itu terkenal dengan istilah istighotsah.49 Adapun dasar beristighotsah yaitu: 50 Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi . bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki para Malaikat yang senantiasa mengelilingi jalan-jalan mencari andal dzikir. Apabila mereka mendapatkan suatu kaum yang berdzikir terhadap Allah, maka mereka berseru: ‘Datanglah kepada kebutuhan kalian.’ Dan mereka akan mengelilingi para andal dzikir tersebut dengan sayap- sayap mereka (yang menyanggupi) langit dunia. Lalu Allah bertanya terhadap para malaikat walaupun Dia Maha mengenali wacana mereka: ‘Apa yang dibilang oleh hamba-hamba-Ku?’ Mereka menjawab: ‘Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid terhadap- Mu serta mengagungkan-Mu.’ Allah bertanya: ‘Apakah mereka melihat-Ku?’ Para malaikat menjawab: “Tidak. Demi Allah! Mereka tidak menyaksikan-Mu.’ Allah mengajukan pertanyaan lagi: ‘Bagaimana bila seandainya mereka menyaksikan-Ku?’ Para Malaikat menjawab: ‘Jika mereka melihat-Mu, tentu mereka lebih tekun beribadah terhadap-Mu, lebih banyak bertahmid dan bertasbih kepada-Mu.’ Allah berfirman: ‘Apa yang mereka minta?’ Mereka menjawab: ‘Mereka minta nirwana kepada-Mu.’ Allah mengajukan pertanyaan lagi: ‘Apakah mereka pernah melihat nirwana?’ Mereka menjawab: ‘Tidak. Demi Allah! Mereka belum pernah melihat nirwana.’ Allah bertanya lagi: ‘Bagaimana jikalau mereka menyaksikan nirwana.’ Mereka menjawab: ‘Jika saja mereka pernah menyaksikan surga, pasti mereka berusaha keras menerima nirwana, rajin meminta nirwana dan sangat ingin berada di dalam surga.’ Allah mengajukan pertanyaan: ‘Mereka mohon pemberian-Ku dari apa?’ Para Malaikat menjawab: ‘Mereka memohon perlindungan-Mu dari neraka.’ Allah bertanya: ‘Apakah mereka pernah menyaksikan neraka?’ Para malaikat menjawab: ‘Belum. Demi Allah! Mereka belum pernah menyaksikan neraka.’ Allah mengajukan pertanyaan: ‘Bagaimana bila mereka pernah melihat neraka?’ Para Malaikat menjawab: ‘Jika mereka pernah melihat neraka, pasti mereka bersungguh- sungguh menyingkir dari neraka dan sangat takut masuk neraka.’ Allah mengajukan pertanyaan: ‘Aku bersaksi kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.’ Salah satu Malaikat berkata: ‘Di antara mereka terdapat seseorang yang bergotong-royong tidak berniat untuk menghadiri majlis dzikir tersebut.’ Allah berfirman: ‘Mereka adalah kaum yang tidak dicelakakan dengan majlis yang mereka selenggarakan.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Hadits ini merupakan dalil yang paling besar lengan berkuasa wacana kebolehan berkumpul untuk berdzikir. Menurut Ibnu Hajar al-‘Asqalani dan yang lain bahwa inilah pertimbangan yang paling kuat. Biasanya dalam istighotsah suaranya dikeraskan. Hal ini seperti yang dijalankan oleh sobat Umar r.a.: Dari ‘Umar bekerjsama dia bertakbir di dalam masjid Mina dan orang-orang yang dalam masjid bertakbir hingga-hingga pasar-pasar di Mina tutup karena takbir itu. Suara takbir itu sampai sampai ke Masjidil Haram, maka mereka berkata: “Umar bertakbir.” Maka mereka pun bertakbir.” (HR al-Bukhari, Malik dan yang yang lain). Hadis ini menunjukkan bahwa tidak semua dzikir yang dikeraskan yaitu bid’ah. Bahkan, dari hadits ini digambarkan bahwa berdzikir dengan keras merupakan sunah. Mayoritas ulama menyampaikan berdzikir dengan keras atau memakai pengeras bunyi diqiyaskan dengan hadits ini dan boleh melakukannya di majelis-majelis dzikir. Di Indonesia istighotsah diartikan sebagai dzikir atau wiridan yang dijalankan secara tolong-menolong dan biasanya di daerah-kawasan terbuka untuk mendapatkan isyarat dan sumbangan dari Allah . Istighotsah kini menjadi ungkapan biasa untuk dzikir yang dihadiri oleh banyak orang dan dilaksanakan di daerah-tempat umum. Istighotsah juga diisi dengan ceramah agama (mau’idzatul hasanah) lalu ditutup dengan pembacaan doa pamungkas yang dipimpin oleh para ulama secara bergantian. Istighotsah yang sering dipakai oleh NU ialah dzikir yang dibakukan oleh Jam’iyyah jago thariqah al-mu’tabarah an-nahdliyyah, ijazah dari sayaikhana Chalil bangkalan. F. PUJIAN 1. Pengertian Pujian Pujian yaitu kata-kata mulia yang berisi doa ataupun ajakan dakwah yang dikumandangkan sesudah adzan dan sebelum iqamah. Pujian yakni perumpamaan khas orang NU. Pujian yaitu pujian untuk Allah . Dalam praktiknya, kebanggaan yang sering kita dengar yaitu lantunan shalawat nabi, kadang juga berbentukungkapan pesan moral.51 2. Dasar Pujian Pujian yang isinya berdoa kepada Allah . ialah pengamalan dari hadits riwayat at-Tirmidzi dan Abu Dawud Diriwayatkan dari Anas, Rasulullah Bersabda, “Do’a di antara adzan dan iqamah tidak ditolak.” (HR at-Tirmidzi dan Abû Dawud).52 pujian yang berisi membaca shalwat sesudah adzan sebelum iqamah adalah pengamalan dari hadits riwayat Muslim “Siapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah ber- shalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR Muslim). Pujian yang berisi usul dakwah atau usulan-anjuran yaitu pengamalan dari hadits riwayat Muslim: “Sampaikan dariku walaupun satu ayat.” (HR. Bukhari dan Muslim). Pujian dibaca nyaring alasannya ajakan dakwah ataupun wiridan. Hal ini yakni wujud pengamalan apa yang pernah dijalankan sahabat umar r.a. Bahwasanya ‘Umar bertakbir di dalam masjid Mina dan orang- orang yang dalam masjid bertakbir sampai-hingga pasar-pasar di Mina tutup alasannya adalah takbir itu. Suara takbir itu sampai hingga ke Masjidil Haram, maka mereka berkata: “Umar bertakbir.” Maka mereka pun bertakbir.” (HR al-Bukhari, Malik dan yang yang lain). 3. Contoh-acuan Pujian Pujian rukun islam, lazimnya dikumandangkan ketika menanti jama’ah sholat maghrib. Eling –eling wong urip bakale mati Ojo bungah maring dunyo mulyo mukti Luru ngelmu wong ngibadah ingkang ngerti Murih ngamal wiwit urip tumeko mati Eling –eling wong urip bakale mati Ojo bungah maring dunyo mulyo mukti Rukune islam iku limang perkoro Ingkang hambar ngucapaken sahadat loro Kaping pindo manjing wektu kudu solat Kaping telu lamon sugih aweh zakat Kaping papat puoso wulan romadhon Kaping limo munggah haji lamon kuwoso Pujian ati-ati urip ning alam dunyo, lazimnya dilantunkan ketika manunggu jama’ah sholat isya’ Sopo wonge wani ninggalake solat Titenono yen siro lagi sekarat Lara banget nganti ora biso sambat Ditekani pirang – pirang malaikat Sa’ wuse mati dikubur ditinggal lungo Ditekani malaikat ingkang loro Malaikat teko ngowo alat sikso Mulo ngati – ati urip ning alam ndunyo Pujian istighfar (robbal baroya) biasanya di lantunkan dikala menunggu jama’ah sholat subuh G. BERSHALAWAT KEPADA NABI MUHAMMAD . Membaca shalawat ialah salah satu amalan yang disenangi orang-orang NU, sebab membaca shalawat ialah tawaran Allah dan sebagai wujud perumpamaan rasa cinta terhadap Rasulullah . 1. Pengertian Shalawat Shalawat bentuk jamak dari kata salla atau salat yang memiliki arti: doa, keberkahan, kemuliaan, kemakmuran, dan ibadah. Arti bershalawat mampu dilihat dari pelakunya. Jika shalawat itu datangnya dari Allah bermakna memberi rahmat kepada makhluk. Shalawat dari malaikat bermakna menawarkan ampunan. Sedangkan shalawat dari orang-orang mukmin mempunyai arti sebuah doa supaya Allah memberi rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad. dan keluarganya. Shalawat juga mempunyai arti doa, baik untuk diri sendiri, orang banyak atau kepentingan bareng . Sedangkan shalawat selaku ibadah ialah pernyataan hamba atas ketundukannya kepada Allah , serta menginginkan pahala dari-Nya, sebagaimana yang dijanjikan Nabi Muhammad., bahwa orang yang bershalawat kepadanya akan menerima pahala yang besar, baik shalawat itu dalam bentuk tulisan maupun mulut (ucapan). 2. Dasar Hukum Bershalawat Perintah untuk bersholawat terdapat dalam Quran surat Al-Ahzab ayat 56. “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al-Ahzâb ayat 56). Dalam haditsh riwayat muslim juga di sampaikan Rasulullah bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku sekali maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR Muslim). Dari Abi Thalhah berkata: “Aku menemui Rasuullah . dan saya belum pernah melihat wajahnya berseri-seri seperti apa yang saya lihat (pada waktu itu), kemudian saya bertanya kepada ia dan beliau bersabda: ‘Tidak ada yang bisa menghalangiku berseri-seri, karena gres saja Malaikat Jibril datang menemuiku menenteng kabar besar hati dari Tuhanku: ‘Allah mengutusku kepadamu untuk menunjukkan kabar bangga tentang siapapun dari umatmu yang bershalawat kepadamu, maka Allah dan malaikat-Nya pasti akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.’” Rasulullah bersabda: “Bershalawatlah kalian kepadaku, alasannya shalawat kalian kepadaku ialah zakat bagi kalian yang berlipat-lipat ganda.” Rasulullah bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku, maka shalawatnya sampai kepadaku dan aku bershalawat kepadanya di samping mendapatkan sepuluh kebaikan.” Rasulullah bersabda: “Seseorang yang mengucapkan salam kepadaku, maka Allah tidak akan memperlihatkan rahmat kepadaku sehingga aku membalas mendo’akan keamanan kepadanya.” Rasulullah .bersabda: “Aku berjumpa dengan Jibrîl dan dia berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya aku akan menginformasikan kabar besar hati kepadamu bahwa Allah berfirman: ‘Siapa yang memberi salam penghormatan kepadamu, maka Aku memberi salam penghormatan kepadanya. Siapa yang bershalawat kepadamu, maka Aku memberkahinya.’” Rasulullah bersabda: “Jibrîl datang kepadaku kemudian berkata: ‘Wahai Muhammad! Siapapun yang bershalawat kepadamu maka pasti tujuh puluh ribu malaikat bershalawat kepadanya. Dan orang yang dianugerahi shalawat dari para malaikat, maka ia termasuk penghuni nirwana.” Rasulullah bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah ber- shalawat kepadanya sepuluh kali. Siapa yang bershalawat kepadaku sepuluh kali, maka Allah bershalawat kepadanya seratus kali. Siapa yang bershalawat kepadaku seratus kali, maka Allah menetapkan untuknya dihadapan kedua matanya bahwa dia terbebas dari kemunafikan dan api neraka. Allah juga akan menempatkannya pada hari Kiamat bareng para syuhadâ`. Perbanyaklah bershalawat kepadaku karena semua shalawat yang disebutkan merupakan penebus segala keburukan kalian.” Rasulullah bersabda: “Siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali. Siapa yang bershalawat kepadaku sepuluh kali, maka Allah bershalawat kepadanya seratus kali. Siapa yang bershalawat kepadaku seratus kali, Allah bershalawat kepadanya seribu kali. Siapa yang bershalawat kepadaku seribu kali, maka Allah mengharamkan tubuhnya tersentuh api neraka dan Allah akan menguatkannya dengan ucapan yang kokoh ketika beliau menghadapi masalah di dunia dan di akhirat. Pada hari Kiamat, shalawat yang diucapkannya tiba kepadanya sebagai cahaya di atas shirâth selama perjalanan lima ratus tahun. Allah akan menganugrahkannya suatu istana di nirwana sebab seluruh shalawat yang diucapkannya, baik sedikit maupun banyak.” 3. Macam-macam Shalawat a. Shalawat Pertama (Shalawat Ibrahim) Shalawat Ibrahim adalah shalawat yang telah disepakati oleh umat Islam. Ada yang bershalawat kepada Nabi memakai sebutkan kata sayyidina selaku wujud penghambaan diri dan moral. kita menggunakan kata sayyidina terhadap Nabi dalam shalawat karena betapa mulia kedudukan Nabi dan untuk mengamalkan firman Allah dalam Alquran surat An-Nur ayat 63 “Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu mirip panggilan sebagian kau terhadap sebagian (lainnya) Sesungguhnya Allah telah mengenali orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kau dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa ujian atau ditimpa azab yang pedih.Q.S. An-Nur: 63). Dan juga sabda Rasulullah : “Aku yakni pemimpin anak keturunan Adnan dan aku tidak arogan.” Memberi gelar kehormatan termasuk bab dari adab yang sepantasnya dan tidak memberi gelar termasuk bagian perbuatan yang tidak sopan. Shalawat Ibrahim yakni: “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad dan keluarga pemimpin kami Muhammad sebagaimana Engkau merahmati pemimpin kami Ibrahim dan keluarganya. Anugerahkanlah berkah-Mu kepada pemimpin kami Muhammad berserta keluarganya sebagaimana Engkau memberkahi pemimpin kami Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Permurah bagi seluruh alam.” Shalawat Ibrahim ialah bentuk shalawat yang paling tepat terhadap Nabi serta kalimat shalawat yang diutamakan. Hadits tentang shalawat Ibrahim tidak ada sama sekali yang memperdebatkan keshahihannya. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab al-Muwatha`, al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih mereka, serta Abu Dawud, at-Tirmidzi dan an-Nasa`i dalam kitab Sunan mereka. Al-Bukhari meriwayatkan: “Siapa yang mengucapkan shalawat ini, maka pada hari Kiamat shalawat ini akan memberi kesaksian untuknya dan memberi pertolongan kepadanya.” Sebagian sobat menyampaikan: “Siapa yang mengucapkan shalawat ini seratus kali maka sebab shalawat ini pasti melihat Nabi.” b. Shalawat Kedua “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad, yakni hamba-Mu, utusan-Mu dan Nabi yang ummî beserta keluarganya, istri-istrinya yaitu ibunya orang-orang mukmin, dan keturunannya, sebagaimana Engkau merahmati pemimpin kami Ibrahim dan keluarganya. Berkahilah pemimpin kami Muhammad yaitu Nabi yang ummî dan keluarganya, istri- istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati pemimpin kami Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Terpuji lagi Maha Pemurah bagi seluruh alam.” Imam an-Nawawi berkata dalam kitab al-Adzkar, “Shalawat ini yakni shalawat yang lebih utama ketimbang shalawat-shalawat lainnya sebagaimana disebutkan dalam Kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim.” c. Shalawat Ketiga “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad, Nabi yang ummi beserta keluarganya, sebagai- mana Engkau merahmati pemimpin kami Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah pemimpin kami Muhammad, Nabi yang ummi beserta keluarganya, sebagaimana Engkau memberkati pemimpin kami Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” Imam as-Sya’rani dalam kitab Kasyf al-Ghummah ‘an Jami’i al- Ummah mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: “Jika kalian bershalawat kepadaku maka ucapkanlah.”lalu dia menyebutkan shalawat ini. Kemudian beliau bersabda: “Demikianlah, beberapa shalawat ini berada di tangan Malaikat Jibril.” Kemudian ia bersabda: “Beberapa shalawat ini berada di tangan Malaikat Mikail.” Kemudian dia bersabda: “Beberapa shalawat ini berada di tangan Tuhan Yang Maha Mulia. Siapa yang bershalawat kepadaku dengan shalawat ini maka pada hari Kiamat aku bersaksi untuknya dan aku memberikan tunjangan kepadanya.” Shalawat ini terdapat dalam Kitab as-Syifa` yang dinisbatkan kepada Ali bin al-Husain, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib -biar Allah memuliakannya. d. Shalawat Keempat “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat kepada ruh pemimpin kami Muhammad dalam alam ruh, terhadap jasadnya dalam alam jasad dan kuburannya dalam alam kubur.” Imam as-Sya’rani mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa yang mengucapkan shalawat mirip ini, maka dia melihatku dalam mimpinya. Siapa yang melihatku dalam mimpinya, maka akan ia melihatku pada hari Kiamat. Siapa yang melihatku pada hari Kiamat, maka saya menolongnya. Siapa yang ditolong olehku, maka beliau minum dari telagaku dan Allah mengharamkan tubuhnya tersentuh neraka.” e. Shalawat Kelima “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat kepada pemimpin kami Muhammad beserta keluarganya baik golongan orang-orang terdahulu ataupun yang lalu, dan di kalangan makhluk- Mu yang berada di ‘kawasan tertinggi’ sampai hari Pembalasan.” Imam as-Sya’rani menyampaikan bahwa seseorang datang sekali menemui Rasulullah yang sedang duduk di masjid. Kemudian berkata, “Assalamu’alaikum wahai orang yang sangat mulia.” Kemudian Rasulullah mempersilakannya duduk di antara dia dan Abu Bakar Shidiq. Orang-orang yang hadir heran dengan penghormatan Rasulullah kepada orang tersebut. Lalu Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Jibril memberitahuku bahwa orang ini bershalawat kepadaku dengan shalawat yang belum pernah diucapkan seorangpun sebelum ia.” Abu Bakar mengajukan pertanyaan, “Wahai Rasulullah, bagaimana beliau bershalawat?” Maka Rasulullah n menyebutkan shalawat ini. f. Shalawat Keenam “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad beserta keluarganya dengan rahmat keridhaan-Mu dan pemenuhan haknya. Karuniakanlah kepadanya (sebagai) perantara dan kedudukan yang terpuji yang sudah Engkau janjikan kepadanya.” Imam asy-Sya’rani mengatakan bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa yang mengucapkan shalawat ini, maka beliau niscaya akan mendapatkan pertolonganku.” g. Shalawat Ketujuh “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad dan para keluarganya dalam kalangan orang- orang terdahulu. Anugerahkanlah rahmat-Mu terhadap pemimpin kami Muhammad di kelompok orang-orang yang lalu. Anugerahkanlah rahmat-Mu terhadap pemimpin kami Muhammad di golongan para nabi. Anugerahkanlah rahmat- Mu terhadap pemimpin kami Muhammad di kelompok para rasul dan Anugerahkanlah rahmat-Mu terhadap pemimpin kami Muhammad di golongan makhluk-Mu yang berada di ‘kawasan tertinggi ‘ sampai hari Pembalasan.” Diceritakan oleh Sa’id bin ‘Atharid bahwa siapa yang mengucap- kan shalawat ini tiga kali saat sore dan pagi hari, maka segala dosanya terhapuskan, selalu dalam kebahagiaan, doanya terkabulkan, dan beliau ditolong dalam menghadapi musuhnya. h. Shalawat Kedelapan “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat kepada pemimpin kami Muhammad beserta keluarganya dengan rahmat keridhaan-Mu dan pemenuhan haknya. Karuniakanlah kepadanya perantara dan bangkitkanlah beliau di tempat yang terpuji yang sudah Engkau janjikan kepadanya. Balaslah kebaikan-kebaikannya terhadap kami alasannya adalah memang berhak untuk menerimanya. Berikanlah balasan yang paling utama kepadanya melampaui akibat-Mu terhadap nabi yang lain atas kebaikannya kepada umatnya. Anugerahkanlah rahmat kepadanya dan semua saudaranya dari para nabi dan orang-orang saleh, wahai Engkau Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.” Imam al-Ghazali menyebutkan shalawat ini dalam kitab al- Ihya` dan dia sungguh suka membaca shalawat ini tujuh kali pada hari Jum’at. i. Shalawat Kesembilan “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya, anak- anaknya, istri-istrinya, keturunannya, penghuni rumahnya, kerabat-kerabatnya, para penolongnya, para pengikutnya, orang-orang yang mencintainya, umatnya dan Anugerahkanlah rahmat kepada kami bersama mereka semua. Wahai Engkau Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.” Shalawat ini disebutkan dalam kitab asy-Syifa` dari al-Hasan al-Bashari dan dia menyampaikan, “Siapa yang mengharapkan minum dengan gelas yang tepat dari telaga Nabi Muhammad, maka ucapkanlah shalawat ini.” j. Shalawat Kesepuluh “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad sebanyak sesuatu yang ada dalam ilmu Allah, dengan rahmat yang kekal bersama kekekalan kekuasaan Allah.” k. Shalawat Kesebelas (Shalawat Tunjina) “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad dengan rahmat yang menyelamatkan kami dari segala keburukan dan bencana, menyanggupi segala keperluan kami, memberikan kami ke puncak tujuan dari segala kebaikan dalam hidup dan sehabis mati. Anugerahkanlah rahmat kepada keluarganya serta sahabatnya dan berilah keselamatan yang banyak (kepada mereka). l. Shalawat Keduabelas ( Shalawat Nariyah) “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat dan keamanan yang sempurna terhadap pemimpin kami Muhammad dengan rahmat yang menjadi alasannya adalah terlepasnya keruwetan dan hilangnya kesulitan, terpenuhinya segala keperluan, tercapainya segala harapan, final yang baik, dan turunnya hujan dari awan berkat keagungan dan kemuliaan Muhammad. Anugerahkanlah rahmat terhadap keluarganya, teman-sahabatnya pada tiap-tiap lirikan (mata), dan nafas dengan jumlah yang Engkau pahami.” m. Shalawat Ketigabelas “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad yang telah Engkau penuhi hatinya dengan keagungan-Mu dan tubuhnya dengan keindahan-Mu, sehingga dia bahagia, bahagia, dikuatkan serta mendapatkan pertolongan, serta kepada keluarganya dan sahabatnya dan anugerahkanlah keselamatan yang sebenar-benarnya. Segala puji bagi-Mu atas itu semua.” Dikutip dari Syarh al-Minhaj karya ad-Damiri bahwa Syaikh Abu Abdullah bin an-Nu’man pernah berkhayal seratus kali Rasulullah. Pada mimpi keseratus, ia mengajukan pertanyaan: “Wahai Rasulullah, shalawat kepadamu apakah yang lebih utama?” Rasulullah menjawab: “Ucapkanlah: (Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad yang telah Engkau penuhi hatinya dengan keagungan-Mu dan tubuhnya dengan keindahan-Mu, sehingga dia senang, senang, dikuatkan serta mendapatkan tunjangan). n. Shalawat Keempatbelas ”Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat kepada pemimpin kami Muhammad yang cahayanya menjadi pendahulu bagi makhluk, yang kelahirannya menjadi rahmat bagi seisi semesta, sebanyak makhluk-Mu yang telah berlalu dan yang masih tersisa, yang senang dan yang malang, dengan rahmat yang mencakup seluruh angka, yang melampaui batas, yang tak berujung, yang tak selsai dan tak ada habisnya, dengan rahmat yang baka bersama kekekalan-Mu, dan limpahkanlah rahmat kepada keluarganya dan sahabatnya. Serta limpahkanlah keamanan dengan sebenar-benarnya.” Al-Fasi mengatakan, “Para pengulas kitab ad-Dala`il’ mengata- kan bahwa ‘Abdul Qadir al-Jailani menutup kesedihannya dengan membaca shalawat ini.” Imam Muhyiddin yang dikenal dengan nama Hanbal al-Yamani mengatakan, “Siapa yang bershalawat dengan shalawat ini sepuluh kali pada pagi dan sore, maka beliau menerima ridha Allah Yang Maha Agung dan selamat dari marah-Nya, selalu menerima kasih sayang dan pengamanan-Nya dari segala kejelekan dan dimudahkan segala urusannya.” o. Shalawat Kelima belas “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat, keselamatan dan berkah terhadap pemimpin kami Muhammad cahaya berdzat dan belakang layar tersembunyi di malam hari (yang melingkupi) seluruh nama dan sifat.” Sayyid Ahmad as-Shawi menyampaikan, “Shalawat ini adalah Shalawat an-Nur azd-Dzati dari Abu al-Hasan asy-Syadzili, dan untuk menghilangkan kesulitan dibaca sebanyak lima ratus kali.” p. Shalawat Keenam belas “Ya Allah! Limpahkanlah rahmat terhadap pemimpin kami Muhammad, samudra cahaya-Mu, pelabuhan rahasia-Mu, lisan hujjah-Mu, penyangga kekuasaan-Mu, pemimpin di sisi-Mu, keayuan singgasana-Mu, perbendaharaan rahmat- Mu, jalan syari’at-Mu, yang sangat menikmati ke-esaan-Mu, insan dengan rupa yang indah, penyebab dari segala yang ada, seindah-indahnya rupa makhluk-Mu yang dimuliakan dengan sinar cahaya-Mu, dengan rahmat yang abadi bareng keabadian-Mu dan rahmat yang awet bersama kekekalan-Mu, tidak berakhir diluar wawasan-Mu, dengan rahmat yang Engkau ridhai dan menjadikannya ridha serta menciptakan-Mu meridhai kami, wahai Tuhan semesta alam.” Ahmad as-Shawi dan ulama` menyampaikan, “Shalawat ini terpampang di atas kerikil dengan goresan pena takdir. Shalawat ini adalah shalawat cahaya Kiamat, dinamakan mirip itu alasannya adalah orang yang membaca shalawat ini banyak menerima cahaya pada hari Kiamat.” q. Shalawat Ketujuh Belas “Ya Allah! Anugerahkanlah rahmat terhadap Dzat Muhammad, kelembutan Yang Maha Esa, matahari bagi langit kerahasiaan, daerah hadirnya cahaya-cahaya, sentra keagungan dan sentra garis keindahan. Ya Allah! Dengan kerahasiaannya disisi-Mu, perjalanannya (yang ditempuhnya) terhadap-Mu, selamatkanlah ketakutanku, sedikitkanlah kesalahanku, hilangkanlah kesedihan dan kebakhilanku. Semoga Engkau menimbulkan aku dan membawaku terhadap-Mu, memberiku rizki dan menghilangkan kehancuran dariku. Janganlah menjadikanku dihancurkan oleh jiwaku, tertutup oleh rasaku. Perlihatkanlah kepadaku semua diam-diam yang tersembunyi.” Shalawat ini yaitu dari Ibrahim ad-Dasuqi, yang dinamakan dengan Shalawat Bahr al-Haqiqah wa asy-Syri’ah. Shalawat ini tergolong bentuk shalawat yang utama dan bernilai mulia. r. Shalawat Kedelapan Belas “Ya Allah, Anugerahkanlah rahmat, keamanan dan berkah terhadap cahaya-Mu yang unggul, shirath-Mu yang niscaya yang sudah Engkau lahirkan rahmat yang sempurna kepadanya demi eksistensi-Mu. Engkau memuliakannya dengan kesaksian- Mu. Engkau memilihnya selaku pembawa gosip dan utusan- Mu. Engkau mengutusnya selaku pembawa kabar besar hati dan pembawa peringatan, selaku penyeru Allah dengan izin-Nya, sebagai pelita dan penerang. Dia adalah titik pusat karakter ba’ pada bundar permulaan serta rahasia dari segala belakang layar karakter alif quthb (pusat) yang Engkau menciptakan segala yang ada darinya, Engkau mengistimewakannya dengan kedudukan yang paling mulia dengan karunia yang berlimpah dan kedudukan yang terpuji. Engkau bersumpah dengan kehidupannya di dalam Kitabmu yang disaksikan. Bagi orang- orang yang sudah tersingkap tabirnya dari-Mu dan menyaksikan diri-Mu. Dia adalah rahasia-Mu yang paling rahasia, air permata yang mengalir. Darinya, Engkau membangkitkan segala sesuatu, dari barang tambang, hewan, tumbuhan, hati dari segala hati, ruh dari segala ruh, simbol kata-kata yang baik, pena tertinggi dan singgasana terluas, ruh bagi jasad dua dunia, batas dari dua samudra, salah satu dari dua, pujian dua dunia yakni ayah Qasim, ayah terbaik ialah pemimpin kami Muhammad bin Abdullâh bin Abdul Muthalib, hamba-Mu, nabi-Mu, kekasih- Mu, delegasi-Mu, nabi yang ummi, serta terhadap keluarganya dan sahabatnya. Anugerahkanlah keamanan yang berlimpah dengan kekuasaan-Mu yang mulia di setiap waktu dan kondisi. Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Mulia dari segala sifat yang mereka berikan, agar keselamatan dilimpahkan terhadap para rasul. Segala puji bagi Allah Tuhan bagi seluruh alam.” ‘Izzuddin as-Shayyadi ar-Rifa’i memuat shalawat ini dalam kitabnya al-Ma’akil al-Muhammadiyyah wa al-Wazha`if al- Ahmadiyyah. Shalawat ini dinisbatkan terhadap Ahmad ar-Rifa’i, semoga Allah mensucikan jalannya. Beliau mengatakan, “Barang- siapa membaca shalawat ini, Shalawat Jauharah al-Asrar, dan terus menerus membacanya, maka shalawat ini yaitu menjadi wasilah (perantara) terbaik untuk memperoleh tempat yang tinggi dan makna belakang layar yang tersembunyi di sisi Nabi.” Shalawat ini yakni penutup pembahasan tentang shalawat- shalawat terpilih. Semoga kita mampu memperbanyak shalawat atas Nabi dan mendekatkan diri kepada Allah. Allah tidak akan jenuh mencintai pencari kemenangan dan hidayah. Dengan selesainya pembahasan ini, tak lupa kami memuji terhadap Allah. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya dan keselamatan-Nya yang tepat terhadap Nabi Muhammad, terhadap keluarganya dan sahabatnya. H. Dzibaan Dzibaan yaitu membaca suatu kitab berbentuk prosa dalam puisi Arab, yang berisi puji-pujian kepaada Rasulullah, kisah perjalanan, keturunan dan sifat-sifat mulianya.53 Kitab ini dikarang oleh syaikh Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin muhammad al-syaibani al-yamani al-zabidi al-syafi’i. beliau diketahui dengan nama al-diba’i. lahir di yaman pada bulan muharram 866 H dan wafat pada hari jum’at tanggal 12 rajab tahun 944 H. ia termasuk penganut ahlussunnah wal jama’ah.54 Dalam bidang fikih, ia mengikuti madzhab Syafi’i. Dalam shalawat beliau, dia menyampaikan: ”Ya, Allah ridlailah para teman Nabi ., ya Allah ridlailah keturunan Nabi Muhammad .” Kitab yang dibaca bernama al-Dziba’i, kemudian dikenal dengan nama Dziba’, maka dikala melakukan pembacaan ini disebut dengan Dzibaan. Di tengah bacaan Dibaan terdapat dongeng penyambutan rombongan para saahabat muhajirin yang tengah memasuki kota Madinah. Para penerima dziba’an biasanya turut bangun dan membayangkan turut serta menyambut kehadiran Rasulullah ., di ketika membaca mahallul qiyam. Kemudian membaca shalawat Barzanji dengan bangkit. Pengarang Barzanji yakni Ja’far al-Barzanji al-Madani, seorang khatib di Masjid al-Haram dan seorang mufti dari kelompok syafi’iyyah. Wafat di Madinah pada tahun 1177H/1763 M. Di antara kaarangan ia ialah Maulid Nabi. Beliau sungguh menghormati keluarga, keturunan dan para sobat Nabi Muhammad . Ini dibuktikan dalam do’a dia, di bawah ini. “Ya, Allah dengan kehormatan Nabi yang mulai ini, keluarga dan para sahabatnya yang mengikuti jejak dia yang lurus, jadikanlah kami termasuk umat ia yang terbaik. Dan matikanlah kami dalam keaadaan berpegang pada sunnah ia dan sunnah sahabat beliau.” Dengan membaca Dziba’an, maka memperlihatkan kecintaan kita kepada Rasulullah . Rasulullah bersabda kepada Abu Hurairah: “Kamu bersama dengan orang yang kamu cintai.” Oleh alasannya adalah itulah, dengan Dzibaan kita berharap, kita selalu mampu bareng dengan Rasulullah . Di samping itu, Dziba’an yaitu salah satu cara menyambung tali sillaturahmi. Hal ini tentu saja sungguh disarankan oleh Islam. Dziba’an mampu dilakukan kapan saja, namun umumnya dikerjakan pada malam Jum’at, pada ketika usia bayi dilahirkan berumur 35 hari (selapan), malam Senin, ataupun pada acara-acara tertentu. LATIHAN SOAL 1. Jelaskan pemahaman dzikir dan do’a! 2. Jelaskan pemahaman Istigotsah! Untuk menjawab latihan soal di atas, kalian dapat membaca kembali uraian materi di atas dengan cermat. Untuk memperkaya khasanah ilmu wawasan kalian mampu membaca buku lebih lanjut sesuai dengan acuan pada daftar pustaka. RINGKASAN 1. Dzikir atau ذكر menurut bahasa Arab memiliki arti mengenang. Dzikir yaitu suatu langkah-langkah yang bertujuan untuk mengingat Allah . Dzikir akan mempersembahkan hati manusia sebagai daerah suci, tempat alam semesta berubah menjadi selaku bukti kedatangan Allah . Para santri, kalau sudah masuk ajaran tasawuf biasanya akan diberi panduan dzikir. Dzikir bersumber dari Nabi Muhammad . Setiap santri akan menerima ijazah atau amalan yang berlawanan sesuai dengan tingkat keilmuannya. 2. do’a secara bahasa berasal dari bahasa Arab �دع yang artinya menyeru. Do’a berarti permintaan atau permintaan kepada Allah biar dikabulkan apa yang dimohon oleh seorang hamba. Do’a yaitu ajakan atau permintaan sesuatu terhadap Allah . Untuk menerima kebaikan di dunia dan alam baka. 3. Istighatsah dalam bahasa Arab mempunyai arti “meminta santunan”, Istighatsah sekarang menjadi ungkapan biasa untuk dzikir yang didatangi oleh banyak orang dan dilakukan di tempat-tempat umum. Istighatsah juga diisi dengan ceramah agama (mau’idzatul hasanah) kemudian ditutup dengan pembacaan doa pamungkas yang dipimpin oleh para ulama secara bergantian. Istighatsah yang sering digunakan oleh NU adalah dzikir yang dibakukan oleh Jam’iyyah mahir thariqah al- mu’tabarah an-nahdliyyah, ijazah dari sayaikhana Chalil bangkalan. 4. Pujian yaitu kata-kata mulia yang berisi doa ataupun seruan dakwah yang di senandungkan sehabis adzan dan sebelum iqamah. Pujian ialah istilah khas orang NU. Pujian yakni sanjungan untuk Allah . Dalam praktiknya, pujian yang sering kita dengar adalah lantunan shalawat nabi, kadang juga berupa ungkapan pesan budbahasa. 5. Dzibaan ialah membaca suatu kitab al-Dziba’i yang dikarang oleh syaikh Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin muhammad al-syaibani al-yamani al-zabidi al-syafi’i, berupa prosa dalam puisi Arab, yang berisi puji-pujian kepaada Rasulullah , kisah perjalanan, keturunan dan sifat-sifat mulianya. Serta membaca shalawat Barzanji dengan bangun. Pengarang Barzanji adalah Ja’far al-Barzanji al-Madani, seorang khatib di Masjid al-Haram dan seorang mufti dari kalangan syafi’iyyah. TES FORMATIF 1. Perintah berdzikir terdapat dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 41, sebutkan beserta artinya. 2. Perintah berdo’a terdapat dalam Quran surat Al-Ghafir ayat 60, sebutkan beserta artinya. 3. Sebutkan 6 budpekerti berdzikir dan berdo’a 4. Sebutkan waktu-waktu utama untuk berdzikir, minimal 3 5. Perintah bersholawat terdapat dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 56, sebutkan beserta artinya. 6. Sebutkan shalawat ibrahim beserta artinya ! 7. Sebutkan shalawat Tunjina beserta artinya ! 8. Sebutkan shalawat Nariyah beserta artinya ! 9. Kamu pasti telah mengenali dalil dalam Alqur’an dan Al-Hadits tentang perintah berdzikir dan berdo’a, lafalkanlah ayat-ayat yang sudah kau pahami di depan sahabat-temanmu. 10. Apakah kau tergolong siswa/siswi yang telah membiasakan diri untuk melakukan dzikir dan do’a pada waktu-waktu yang utama sesuai kaidah yang di anjurkan?. Kemukakan di depan guru dan teman-temanmu dzikir dan do’a yang sudah kamu praktikkan sehari-hari. Sumber http://lets-sekolah.blogspot.com
pop
Sabtu, 21 November 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon