Jumat, 20 November 2020

Makalah Pendidikan Luar Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah sebetulnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya dan peradaban insan. Pendidikan luar sekolah sudah hidup dan menyatu di dalam kehidupan setiap penduduk jauh sebelum timbul dan memasyarakatnya metode persekolahan. PLS memiliki bentuk dan pelaksanaan yang berlawanan dengan tata cara yang telah ada di pendidikan persekolahan. PLS timbul dari rancangan pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak cuma pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan terhadap perlindungan keahlian dan keterampilan dalam sebuah bidang tertentu.

Berbagai kekurangan sistem persekolahan dimuntahkan, utamanya pada aspek-faktor prosedural yang dinilai mengeras, kaku, serba ketat dan formalistis. Pada pada dasarnya, meskipun tata cara persekolahan masih tetap dipandang penting, pijakan aliran telah mulai realistis adalah tidak semata-mata mengandalkan metode persekolahan untuk melayani aneka ragam kebutuhan pendidikan yang makin hari makin mekar dan beragam. Pembinaan dan pengembangan PLS dipandang berhubungan untuk mampu saling isi-mengisi atau topang menopang dengan metode persekolahan, agar setiap insan mampu menyesuaikan hidupnya sesuai dengan pertumbuhan zaman. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah perihal pendidikan luar sekolah yang kita kenal dengan pendidikan informal atau nonformal.

BAB II
PEMBAHASAN
Makalah Pendidikan Luar Sekolah

A. Definisi pendidikan luar sekolah (PLS)

1. Komunikasi Pembaruan Nasional Pendidikan
Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan seseorang mendapatkan berita, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan membuatkan tingkat keahlian, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.

PHILLIPS H. COMBS, mengungkapkan bahwa pendidikan luar sekolah yakni setiap aktivitas pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar metode formal, baik tersendiri maupun ialah bab dari sebuah acara yang luas, yang dimaksudkan untuk memperlihatkan layanan kepada sasaran bimbing tertentu dalam rangka meraih tujuan-tujuan mencar ilmu.

B. Dasar pendidikan luar sekolah (PLS)

1. Sejarah terbentuknya pendidikan luar sekolah (PLS)
Alasan terselenggaranya PLS dari segi kesejarahan, tidak bisa lepas dari lima faktor ialah:

• Aspek pelestarian budaya
Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi dan berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui aneka macam perintah, tindakan dan perkataan) ayah dan ibunya bertindak selaku pendidik. Dengan demikian pendidikan luar sekolah pada awal kehadirannya sangat dipengaruhi oleh pendidikan atau kegiatan yang berjalan di dalam keluarga. Di dalam keluarga terjadi interaksi antara orang renta dengan anak, atau antar anak dengan anak. Pola-contoh transmisi pengetahuan, keahlian, perilaku, nilai dan kebiasaan melalui asuhan, suruhan, larangan dan pembimbingan. Pada dasarnya semua bentuk acara ini menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik. Semua bentuk kegiatan yang berlangsung di lingkungan keluarga dilaksanakan untuk melestarikan dan mewariskan kebudayaan secara turun temurun. Tujuan acara ini adalah untuk memenuhi kebutuhan mudah di penduduk dan untuk meneruskan warisan budaya yang meliputi kemampuan, cara kerja dan Teknologi yang dimiliki oleh penduduk dari satu generasi kepada generasi selanjutnya. Kaprikornus dalam keluarga pun bantu-membantu sudah terjadi proses-proses pendidikan, walaupun sistem yang berlaku berlawanan dengan metode pendidikan sekolah. Kegiatan mencar ilmu-membelajarkan yang orisinil inilah yang tergolong ke dalam kategori pendidikan tradisional yang lalu menjadi pendidikan luar sekolah.

• Aspek teoritis
Salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan PLS yaitu teori yang diketengahkan Philip H. Cooms (1973:10), tidak satupun forum pendidikan: formal, informal maupun nonformal yang bisa secara sendiri-sendiri memenuhi semua keperluan belajar minimum yang esensial. Atas dasar teori di atas mampu dikemukakan bahwa, eksistensi pendidikan tidak hanya penting bagi segelintir masyarakat tetapi mutlak diharapkan keberadaannya bagi penduduk lemah (yang tidak bisa memasukan anak-anaknya ke forum pendidikan sekolah) dalam upaya pemerataan kesempatan mencar ilmu, memajukan mutu hasil mencar ilmu dan mencapai tujuan pembelajaran adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Uraian di atas cukup untuk dijadikan gambaran bahwa PLS ialah lembaga pendidikan yang berorientasi terhadap bagaimana menempatkan kedudukan, harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang memiliki kemauan, impian, keinginan dan nalar asumsi.

• Dasar pijakan
Ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga memperoleh legitimasi dan berkembang di tengah-tengah masyarakat yakni: Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1989 dan peraturan pemerintah RI No.73 tahun1991tentang pendidikan luar sekolah. Melalui ketiga dasar di atas mampu dikemukakan bahwa, PLS yaitu kumpulan individu yang mengumpulkan dari dalam golongan dan mempunyai ikatan satu sama lain untuk mengikuti acara pendidikan yang diselenggarkan di luar sekolah dalam rangka meraih tujuan belajar. Adapun bentuk-bentuk satuan PLS., sebagaimana diundangkan di dalam UUSPN tahun 1989 pasal 9:3 mencakup: pendidikan keluarga, kalangan berguru, kursus dan satuan pendidikan sejenis. Satuan PLS sejenis mampu dibentuk golongan bermain, penitipan anak, padepokan persilatan dan pondok pesantren tradisional.

• Aspek kebutuhan terhadap pendidikan
Kesadaran penduduk kepada pendidikan tidak cuma pada penduduk kawasan perkotaan, melainkan penduduk tempat pedesaan juga kian meluas. Kesadaran ini muncul khususnya karena perkembangan ekonomi, pertumbuhan iptek dan kemajuan politik. Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa stress akibat kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari persaingan pergaulan dunia yang mengharapkan sebuah kemampuan dan keterampilan tertentu. Atas dasar kesadaran dan kebutuhan inilah sehingga terwujudlah bentuk-bentuk kegiatan kependidikan baik yang bersifat persekolahan ataupun di luar persekolahan.

• Keterbatasan forum pendidikan sekolah
Lembaga pendidikan sekolah yang jumlahnya bertambah banyak bersifat formal atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta kurikulum yang baku dan kaku serta aneka macam keterbatasan yang lain. Sehingga tidak semua forum pendidikan sekolah yang ada di kawasan terpencilpun yang mampu menyanggupi semua cita-cita masyarakat lokal, apalagi memenuhi semua impian penduduk tempat lain. Akibat dari kekurangan atau kekurangan itulah yang memungkinkan sebuah acara kependidikan yang bersifat informal atau nonformal diselenggarakan, sehingga melalui kedua bentuk pendidikan itu kebutuhan masyarakat dapat tercukupi.

C. Perkembangan pendidikan luar sekolah (PLS) 
Dibagi dalam tiga era:
1. Periode Pra kemerdekaan
2. Periode Revolusi
3. Periode Orde Baru
3. Sistem pendidikan luar sekolah (PLS)

PLS adalah sub sistem pendidikan nasional, yakni sebuah metode yang memiliki tujuan jangka pendek dan tujuan khusus adalah memenuhi kebutuhan mencar ilmu tertentu yang fungsional bagi masa kini dan kurun depan. Komponen atau sub tata cara yang ada pada metode PLS yaitu masukan rekomendasi (instrumen input), masukan mentah (raw input), masukan lingkungan (environmental input), proses (process), keluaran (out put) dan masukan lain (other input) dan Pengaruh (impact).

D. Program pendidikan luar sekolah (PLS)
Jenis-jenis pendidikan yang ada pada PLS, berdasarkan D. Sudjana (1996:44) di antaranya ialah:

1. Pendidikan Massa (Mass education)
Pendidikan massa yaitu kesempatan pendidikan yang diberikan terhadap penduduk luas dengan tujuan yaitu membantu masyarakat agar mereka memiliki kecakapan dalam hal menulis, membaca dan berhitung serta berpengetahuan umum yang diharapkan dalam upaya peningkatan taraf hidup dan kehidupannya sebagai warga negara. Istilah Mass education pertanda pada aktifitas pendidikan di masyarakat yang sasarannya terhadap individu-individu yang mengalami keterlantaran pendidikan, yakni individu yang tidak berkesempatan menemukan pendidikan melalui jalur sekolah, tetapi putus di tengah jalan dan belum sempat terbebas dari kebuta-hurufan. Mass education ini mampu dibilang semacam acara pemberantasan buta aksara atau program keaksaraan, tentu saja tidak bertujuan biar orang-orang didiknya sekedar mampu baca-tulis, tetapi juga semoga memperoleh wawasan biasa yang berhubungan bagi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Individu yang menjadi sasarannya ialah cowok-pemuda dan orang remaja. Pelaksanaannya melalui kursus-kursus.

2. Pendidikan Orang Dewasa (Adult Education)
Pendidikan orang sampaumur yakni pendidikan yang disajikan untuk membelajarkan orang sampaumur. Dalam salah satu bukunya tentang PLS, Sudjana (1996:45) menunjukan bahwa pendidikan orang sampaumur ialah pendidikan yang diperuntukan bagi orang-orang sampaumur dalam lingkukangan masyarakatnya, semoga mereka mampu membuatkan kemampuan, memperkaya wawasan, mengembangkan kualifikasi teknik dan profesi yang telah dimilikinya, memperoleh cara-cara gres serta merubah perilaku dan perilakunya.

3. Pendidikan Perluasan (Extension Education)
Kegiatan yang diselenggarakan PLS yakni meliputi seluruh acara pendidikan baik yang dijalankan di luar metode pendidikan sekolah yang dilembagakan ataupun yang tidak dilembagakan.

E. Ciri-ciri pendidikan luar sekolah (PLS)
1. Beberapa bentuk pendidikan luar sekolah yang berlainan ditandai untuk mencapai beragam tujuan.
2. Keterbatasan adalah suatu perlombaan antara beberapa PLS yang dipandang sebagai pendidikan formal dari PLS selaku pelengkap bentuk-bentuk pendidikan formal.
3. Tanggung jawab penyelenggaraan forum pendidikan luar sekolah dibagi oleh pengawasan biasa /masyarakat, pengawasan langsung atau variasi keduanya.
4. Beberapa lembaga pendidikan luar sekolah di disiplinkan secara ketat terhadap waktu pengajaran, Teknologi modern, kelengkapan dan buku-buku bacaan.
5. Metode pengajaran juga beragam dari tatap tampang atau guru dan kelompok-golongan belajar hingga penggunaan audio televisi, unit latihan keliling, demonstrasi, kursus-kursus korespondensi, alat-alat bantu visual.
6. Penekanan pada penyebaran program teori dan praktek secara relative dari pada PLS.
7. Tidak seperti pendidikan formal, tingkat metode PLS terbatas yang diberikan kredensial.
8. Guru-guru mungkin dilatih secara khusus untuk peran tertentu atau cuma mempunyai kualifikasi professional dimana tidak termasuk identitas guru.
9. Pencatatan perihal pemasukan murid, guru dan kredensial pimpinan, keberhasilan latihan, menenteng akibat peningkatan produksi ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan pemasukan akseptor.
10. Pemantapan bentuk PLS mempunyai pengaruh pada produksi ekonomi dan pergantian sosial dalam waktu singkat dari pada masalah pendidikan formal sekolah.
11. Sebagian besar acara PLS dijalankan oleh dewasa dan orang-orang akil balig cukup akal secara terbatas pada kehidupan dan pekerjaan.
12. Karena secara dipakai, PLS membuat lengkapnya pembangunan nasional. Peranannya mencakup pengetahuan, kemampuan dan imbas pada nilai-nilai acara.
13. Diselengarakan dengan tidak berjenjang, tidak berkesinambungan dan dikerjakan dalam waktu singkat.
14. Karena sifatnya itu sehingga tujuan, metode pembelajaran dan bahan yang disampaikan selalu berbeda di masing-masing penyelenggara PLS.

F. Persamaan dan perbedaan pendidikan luar sekolah (PLS)

1. Persamaan
Persamaan antara PLS dengan pendidikan persekolahan dapat diperhatikan dari dua sudut pandang yaitu sudut persepsi penduduk dan sudut persepsi individu. Dari segi pandangan penduduk , pendidikan bermakna pewaris atau pemindahan nilai-nilai intelek, seni, politik, ekonomi, agama dan lain sebagainya; Sedangkan dari segi pandangan perorangan, pendidikan bermakna pengembangan potensi-potensi insan (Hasan Langglung, 1980). Persamaan lainnya yaitu fungsi pendidikan yakni untuk pengembangan ilmu wawasan, Teknologi dan kemampuan bahwa merencanakan suatu generasi biar memiliki dan memainkan peranan tertentu dalam penduduk . Proses pendidikan senantiasa melibatkan penduduk dan semua perangkat kebudayaan sesuai dengan nilai dan falsafah yang dianutnya.

2. Perbedaan Antara Pendidikan Sekolah Dan Luar Sekolah
Secara prinsip, satu-satunya perbedaan antara pendidikan luar sekolah dengan pendidikan sekolah yakni legitimasi atau formalisasi penyelenggaraan pendidikan. Tentang perbedaan penyelenggaraan ini, secara institusional, tercantum pada Undang-Undang RI nomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10:2-3. berikutnya, perbedaan secara operasional, Umberto Sihombing lewat bukunya Pendidikan Luar Sekolah: Manajemen Strategi (2000:40-46) menuliskan secara khusuS dan sistematis tentang perbedaan antara Pendidikan Luar Sekolah dengan Pendidikan Sekolah.

G. Sasaran pendidikan luar sekolah
Dibagi 2 sasaran pokok:
1. Pendidikan luar sekolah untuk perjaka
Sebab-alasannya timbulnya:
1. Banyak belum dewasa usia sekolah tidak memperoleh pendidikan sekolah yang cukup, lebih-lebih di negara yang meningkat
2. Mereka memperoleh pendidikan yang tradisional
3. Mereka mendapatkan latihan kecakapan khusus melalui pola-pola pergaulan
4. Mereka dituntut mempelajari norma-norma dan tanggung jawab sebagai ragu-ragu dari masyarakatnya

Kelompok-kelompok acara pendidikan Luar Sekolah antara lain:
1. Klub cowok
2. Klub-Klub perjaka tani
3. Kelompok pergaulan
2. Pendidikan luar sekolah untuk orang sampaumur

Pendidikan ini muncul oleh alasannya adalah:
1. Orang-orang akil balig cukup akal terpesona terhadap profesi kerja.
2. Orang cukup umur kesengsem kepada keterampilan.

Dalam rangka menemukan pendidikan di atas dapat ditempuh melalui:
1. Kursus-kursus pendek.
2. In service-pelatihan.
3. Surat-menyurat.

Lebih lanjut, sesuai dengan Rancangan Peraturan Pemerintah maka target PLS dapat mencakup:
Ditinjau dari sisi target pelayanan, berupa:
1. Usia pra-sekolah (0-6 tahun)
2. Usia pendidikan dasar (7-12 tahun)
3. Usia pendidikan menengah (13-18 tahun)
4. Usia pendidikan tinggi (19-24 tahun)

Ditinjau dari jenis kelamin
Program ini secara tegas diarahkan pada kaum wanita oleh alasannya jumlah mereka yang besar dan partisifasinya kurang dalam rangka produktifitas dan efesiensi kerja.

3. Berdasarkan lingkungan sosial budaya
1. Masyarakat pedesaan.
2. Masyarakat perkotaan.
3. Masyarakat terpencil.
4. Berdasarkan kekhususan target Pelajaran

BAB III
PENUTUP
Makalah Pendidikan Luar Sekolah

Pendidikan luar sekolah memiliki bentuk dan pelaksanaan yang berbeda dengan metode yang telah ada di pendidikan sekolah. Pendidikan luar sekolah timbul dari rancangan pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak cuma pada pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. Pendidikan luar sekolah pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keterampilan dan keahlian dalam sebuah bidang tertentu. Pembinaan dan pengembangan PLS dipandang berhubungan untuk bisa saling mengisi atau topang menopang dengan sistem persekolahan. Agar setiap lulusan bisa hidup mengikuti pertumbuhan zaman dan senantiasa diperlukan oleh masyarakat seiring dengan perkembangan IPTEK yang makin maju.

DAFTAR PUSTAKA
  • Joesoef Soelaiman, 2004, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
  • Kurdie Syuaeb, 2002, Pendidikan Luar Sekolah. Cirebon: CV. Alawiyah.
  • Faisal Sanapiah, 1981, Pendidikan Luar Sekolah . Surabaya: CV. Usaha Nasional.

Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.com


EmoticonEmoticon