BAB I
PENDAHULUAN
Makalah Tujuan Instruksional Kompetensi Dasar
PENDAHULUAN
Makalah Tujuan Instruksional Kompetensi Dasar
1. Latar Belakang Masalah
Teknologi pendidikan memiliki arti sebuah proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, mekanisme, inspirasi, alat, dan organisasi untuk menganalisis problem serta mendesain, melaksanakan, menganggap, dan mengelola perjuangan pemecahan problem yang berkaitan dengan segala faktor belajar (AECT, 1971). Teknologi instruksional juga berpengertian seperti itu, namun dibatasi cuma pada situasi belajar yang terkontrol dan bertujuan. Kaprikornus, penggarapan pada teknologi instruksional tidak untuk seluruh aspek berguru seperti halnya pada teknologi pendidikan.
Teknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, mekanisme, inspirasi alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta mendesain, melakukan, menganggap, dan mengorganisir perjuangan pemecahan persoalan dalam suasana mencar ilmu yang bertujuan dan terkendali. Di sini perlu digaris bawahi ke dalam suasana berguru yang bertujuan dan yang terkendaliâ yang mempunyai arti tidak menggarap semua faktor berguru. Situasi berguru yang bertujuan dan yang terkendali di sini memiliki arti banyak berkaitan dengan acara instruksional, aktivitas membelajarkan target dengan segala komponen yang diperlukannya. Pesan, orang, materi, alat, teknik, dan lingkungan sebagai komponen-unsur instruksional yaitu bidang-bidang yang digarap untuk kepentingan instruksional. Komponen-unsur tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, dimanfaatkan secara optimal untuk memajukan hasil mencar ilmu target secara terkendali sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Konsep teknologi instruksional seperti tersebut di atas mengandung pengertian yang luas. Di dalamnya terliput seluruh bagian yang mendukungnya, berproses menuju terhadap sebuah arah yang terang sejalan dengan tujuan-tujuan pendidikan. Dengan begitu, pemahaman ini merupakan proses metode, metode instruksional yang secara khusus digambarkan atau dijabarkan dalam konsep pengembangan sistem instruksional. Dikatakan metode instruksional alasannya seluruh unsur yang terliput di dalamnya ialah satu kesatuan yang saling berfungsi dan berproses menuju kepada sebuah tujuan.
2. Perumusah Masalah
Sementara yang menjadi tujuan pembahasan pada makalah ini yakni:
Untuk memenuhi peran terstuktur pada mata kuliah Teknologi Pendidikan.
Makalah ini akan menjadi bahan penulis-penulis selanjutnya diharapkan dapat digunakan selaku bahan rujukan dalam upaya proses belajar-mengajar di sekolah
Memberikan pengertian dan pemahaman secara generalisasi ihwal tujuan Instruksional dalam bidang pendidikan
2.1. Fungsi
Terdapat dua fungsi utama dalam teknologi instruksional di dalam prosesnya menuju pencapaian tujuan-tujuannya, ialah fungsi manajemen instruksional dan fungsi pengembangan instruksional. Fungsi pengembangan instruksional merupakan hal yang berafiliasi dengan proses dalam menganalisis duduk perkara, termasuk merancang, melakukan, dan menilai usaha pemecahan dilema. Fungsi-fungsi ini meliputi riset-riset teori, rancangan, produksi, seleksi, evaluasi, logistik, dan pemanfaatan atau penyebaran. Sedangkan fungsi yang berkaitan dengan proses mengarahkan atau mengoordinasi (atau mengorganisir) salah satu atau beberapa dari fungsi tersebut di atas tergolong ke dalam fungsi administrasi instruksional. Fungsi-fungsi ini mencakup pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel. Baik fungsi administrasi instruksional maupun fungsi pengembangan instruksional seluruhnya mengacu terhadap unsur-komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, materi, alat, teknik, dan lingkungan, dan dipakai dalam rangka memproses pembelajaran target.[1]
2.2. Prinsip
Prinsip memiliki arti relasi fungsional antara desain-desain. Mempelajari prinsip berarti memplajari pula desain-konsep. Konsep di sini tujuannya ialah gambaran kesimpulan yang ada pada fikiran seseorang ihwal objek atau benda, baik objek yang nyata maupun objek yang abstrak (teoretis). Sebuah konsep perihal kambing, misalnya, bisa bermacam arti yang dikesankan, bergantung pada konteks yang digunakannya serta pada arti denotatif atau arti konotatifnya.
Konsep ihwal teknologi instruksional, seperti telah diuraikan pada bagian yang lalu, ialah satu pengertian yang utuh tentang proses dalam pengelolaan belajar dan mengajar, yang didalamnya melibatkan aneka macam unsur dan aspek-faktor lain yang mendukungnya mirip orang, materi, atau pesan. Berbagai komponen dan aspek lain yang saling berhubungan tadi membentuk suatu korelasi yang bersifat sistemik dan fungsional. Hubungan-kekerabatan tersebut saling mengikat antara yang satu dengan yang lainnya, membentuk suatu keteraturan yang relatif menetap, dan itu dinamakan prinsip, prinsip dalam teknologi instruksional. Sedikitnya ada tiga prinsip yang diketahui dalam teknologi instruksional, ialah: prinsip lebih menekankan kepada target:
prinsip pendekatan sistem:
prinsip pemanfaatan seluas mungkin sumber-sumber gosip edukatif (unsur tata cara instruksional): yang mencakup sumber berita tercetak, terekam, analog, digital, koleksi pada situs-situs internet[2].
2.3. Perumusan Tujuan Instruksional
Rumusan tujuan instruksional beranjak dari kerangka tata cara yang lebih besar, yakni tujuan nasional, baru kemudian tujuan tersebut tersebar ke dalam tujuan-tujuan pada kerangka tata cara yang lebih kecil mirip tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional dan tujuan instruksional. Hubungan antara tujuan-tujuan tesebut bersifat subordinasi. Artinya, tujuan instruksional mesti sejalan, mengacu, dan bedasar pada tujuan kurikuler, seterusnya tujuan-tujuan kurikuler harus sesuai dengan tujuan kelembagaan (institusional), balasannya semua tujuan yang ada mesti mengacu dan mendukung tujuan pendidikan nasional dan tujuan nasional. Subordinasi artinya relasi bertingkat, jadi semua tujuan yang lebih kecil lingkupnya harus sesuai dengan dan mendukung tujuan-tujuan yang lebih luas, yang untuk Indonesia selsai pada tujuan nasional, atau untuk bidang pendidikan adalah tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ialah yang tercantum dalam rumusan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara), Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, dan UUD 1945. Konsep ini telah disinggung di bagian lalu, tetapi disini ditulis lagi untuk kepentingan klarifikasi[3].
Tujuan instruksional adalah sasaran simpulan yang dibutuhkan mampu diraih oleh setiap instruktur pendidikan atau para praktisi komunikasi yang lain sehabis melakukan suatu proses acara instruksional. Tujuan ini berlaku baik bagi komunikator maupun bagi target (komunikan) walaupun bahu-membahu yang akan diukur keberhasilan-keberhasilannya yaitu pihak sasaran. Bagi komunikator, tujuan-tujuan ini setidaknya dapat dijadikan tolok ukur aktivitas untuk pelaksanaan instruksional sehingga proses kerjanya memiliki arah yang terang. Sedangkan bagi target, rumusan tujuan ini mampu dijadikan target wacana kemampuan yang dimilikinya sesudah melalui proses instruksional. Dan memang rumusan tujuan instruksional ini dikhususkan untuk kepentingan sasaran, untuk menyaksikan apakah sasaran sudah memiliki kesanggupan yang tepat dengan contoh tujuan ini atau belum, baik kemampuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor.
Tujuan instruksional bekerjsama masih dibedakan antara yang biasa dan yang khusus. Yang pertama rumusannya lebih luas ketimbang yang kedua, dan hasilnya beliau kurang operasional. Tujuan instruksional biasa disingkat TIU, sedangkan tujuan instruksional khusus disingkat TIK. Baik TIU maupun TIK keduanya merupakan standar impian setiap pelatih dalam melakukan tugasnya membelajarkan target. Inilah yang tempaknya akan menjelma satuan rumusan menurut sasaran (tujuan) yang harus dicapai oleh setiap anggota sasaran (komunikan), dan rumusannya disebut sasaran belajar. (Tentang sasaran berguru ini bisa dibaca di daerah lain alasannya adalah ia mempunyai ciri-cirinya yang agak berlainan dengan acuan rumusan tujuan instruksional). Terdapat beberapa sifat yang mesti dimiliki oleh setiap tujuan instruksional, terutam TIK, yang antara lain selaku berikut.
A. TIU:
1) mengenal konsep ihwal .......
2) mengetahui pemahaman .........
B. TIK:
4) mendefiniskan .........
5) menguraikan .........
6) Bidang afektif:
Setelah mengikuti ceramah ini target diharapkan mampu:
C. TIU:
1) menyadari pentingnya .......
2) memperhatikan ...........
D. TIK:
3) menjawab setaip pertanyaan..........
4) mengubah ...........
c) Bidang psikomotor:
Setelah mengikuti ceramah ini target dibutuhkan mampu:
E. TIU:
1) memperagakan ...........
2) mendemonstrasikan ........
D. TIK:
3) memasang ...........
4) menggerakkan .......
2.4. Strategi instruksional
Strategi instruksional adalah pendekatan menyeluruh atas proses mencar ilmu dan mengajar dalam metode instruksional. Ia merupakan perencanaan penuh perhitungan yang kemungkinan-kemungkinan kegiatannya bakal ditempuh dalam pelaksanaannya nanti, dirinci dengan saksama. Upaya-upaya atau acara lanjut dari taktik ini yakni metode, teknik, dan strategi. Ketiga istilah terakhir ini memiliki arti klasifikasi yang lebih operasional ketimbang seni manajemen, bahkan dapat dibilang metode, teknik, dan taktik merupakan kelanjutan kegiatan strategi secara operasional, eksklusif, dan mudah. Akan namun, apabila ditelusuri lagi, ketiga istilah ini masing-masing bisa memiliki arti yang tidak sejalan, artinya tidak berada pada kerangka metode yang berhubungan secara subordinatif.
Metode bisa merupakan klasifikasi dari taktik sebab upaya untuk mencapai tujuan-tujuan taktik bisa ditempuh dengan aneka macam metode. Metode itu bisa terjadi cukup luas, utamanya jikalau dilihat segi operasionalisasinya seperti misalnya ada sistem ceramah, metode diskusi, dan sistem-tata cara komunikasi sejenisnya. Namun, teknik dan apalagi strategi mempunyai pengertian yang lebih sempit lagi karena dia merupakan bab eksklusif dari sistem. Artinya, pelaksanaan sebuah metode bisa ditempuh dengan banyak sekali teknik. Metode mengajar berkuliah, misalnya, bisa dikerjakan dengan bermacam teknik yang tepat untuk suasana dan kondisi tertentu. Pengertian seni manajemen lebih sempit lagi daripada beberapa ungkapan terdahulu. Ia ialah istilah yang sesungguhnya jarang dipakai dalam dunia instruksional. Dalam konteks lazim, seni manajemen kadang kala memiliki konotasi negatif walaupun tidak selalu demikian. Taktik banyak dikaitkan dengan kelihaian, atau bahkan kelicikan, akal akal seseorang untuk mengakali orang lain agar beliau mampu mendapat keuntungan dari akalnya tadi. Taktik lazimnya sulit dipelajari secara teknis alasannya adalah ia lebih banyak berkaitan dengan kepintaran logika seseorang pada sebuah suasana.[6]
Beberapa tata cara yang serig digunakan dalam kegiatan atau lebih utamanya dalam taktik instruksional antara lain yakni sistem ceramah, tata cara tanya jawab, metode diskusi, tata cara seminar, sistem simulasi, sistem laboratorium, dan tata cara kuliah lapangan. Di antara semua sistem tersebut tidak dapat dikatakan mana yang lebih unggul atau bahwa sistem tertentu lebih baik untuk semua keadaan ketimbang yang yang lain alasannya adalah masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Pada situasi tertentu tata cara ceramah barangkali akan lebih baik ketimbang tata cara-sistem yang lain, juga sebaliknya. Di sinilah letak wacana pentingnya pemilihan taktik bagi seorang komunikator pendidikan, dan terutama pemilihan sistem yang mau digunakan pada suasana dan keadaan yang sedang dihadapinya. Masalah tata cara instruksional tidak kami bahasa lebih panjang lagi berhubung dengan terbatasnya halaman. Pembaca yang budiman dipersilakan membaca lebih lanjut dalam buku yang khusus membahas masalah taktik instruksional, termasuk masalah sistem, teknik, dan strategi yang dibahas di dalamnya.
2.5. Metode Instruksional dan waktu pelaksanaannya
Strategi artinya sebuah perencanaan menyeluruh atas semua aspek aktivitas dengan rincian pelaksanaan yang runtut sehingga dibutuhkan dapat menjamin kelangsungan dan kesuksesan acara tersebut. Meskipun bantu-membantu tidak ada jaminan sesungguhnya perihal kesuksesan yang diharapkannya itu, namun setidaknya akan lebih baik risikonya dibandingkan dengan kegiatan yang tanpa penyusunan rencana dan taktik. Adapun sistem ialah bagian dari taktik, artinya sebuah teknik atau cara yang runtut untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan yang sudah dijadwalkan dalam taktik tadi.
Dalam program pendidikan pengguna, contohnya, taktik artinya suatu perencanaan menyeluruh atas pelaksanaan kegiatan pendidikan pengguna perpustakaan dengan runtutan acara yang terperinci. Untuk melaksanakan seni manajemen pendidikan pengguna ini dilakukan dengan metode acara, yang antara lain dijalankan dengan tata cara pengajaran dalam acara pendidikan pengguna. Karena program pendidikan pengguna juga selaku program mencar ilmu dan mengajar antara pustakawan dan pengguna pada umumnya dalam hal pemanfaatan segala gosip dan sumber-sumber informasi di perpustakaan, maka tata cara pengajarannya seperti dengan sistem pengajaran yang dijalankan di dunia pendidikan pada umumnya. Metode pengajaran ini melibatkan berbagai media yang digunakan dalam program pendidikan pengguna, dan namanya media pengajaran.[7]
Dari banyaknya tata cara pengajaran dan juga media pengajaran yang mampu digunakan dalam pelaksanaan aktivitas program pendidikan pengguna perpustakaan, maka pustakawan tidak perlu menggunakan seluruhnya sekaligus atau asal-asalan. Penetapan sistem dan media yang dipakai hendaknya diubahsuaikan dengan suasana dan kondisi pada dikala pelaksaan acara pendidikan pengguna perpustakaan ini dilakukan. Tak ada satu tata cara dan media pun yang secara lazim lebih unggul dan bisa digunakan di segala situasi dan keadaan. Yang ada hanyalah bahwa media dan tata cara pengajaran tertentu lebih sesuai atau lebih cocok bila dipakai pada suasana dan kondisi tertentu pula.
2.6. Satuan Acara Instruksional
Kini kita sampai pada pembuatan satuan program instruksional selaku persiapan untuk suatu acara instruksional, baik itu kuliah, mengajar, ceramah, ataupun langkah-langkah komunikasi kepada sekelompok sasaran. Persiapan itu kita susun ke dalam suatu pola yang dinamakan Satuan Acara Instruksional (SAI) atau Satuan Acara Pembelajaran (SAP), bergantung pada konteks mana pola itu diperuntukkan. Di sekolah diketahui SAP, juga di perguruan tinggi. Namun, untuk konteks instruksional yang lebih luas kami menyebutnya dengan SAI.
Manfaat SAI atau SAP yang paling penting yakni selaku bahan pemikiran bagi seorang komunikator, yakni guru, pelatih, penyuluh lapangan, penatar, atau para praktisi komunikasi yang lain dalam melaksanakan kegiatannya mengkomunikasikan inspirasi atau gagasannya kepada target. Pola SAI-SAP ini juga bisa dibuat untuk satu paket acara lengkap selama berulang kali waktu pertemuan ataupun hanya untuk satu kali tampilan saja. Pada aktivitas instruksional di sekolah dan di sekolah tinggi tinggi, contoh ini mampu dibentuk secara lengkap, misalnya untuk satu mata pelajaran atau mata kuliah selama satu semester. Namun, untuk acara komunikasi instruksional yang lain mirip misalnya penataran, penyuluhan, atau ceramah teladan pembuatannya mampu diubahsuaikan dengan luasnya bidang garapan, ruang lingkupnya, dan alokasi waktu yang tersedia. Bisa setengah jam, satu jam, dua jam, atau beberapa jam yang dikerjakan dalam sekali, dua kali, atau beberapa kali tampilan, contohnya[8].
Secara ringkas pembuatan SAI-SAP bisa menganut banyak sekali cara, baik berbentuktopik-topik yang diuraikan maupun berupa kolom-kolom yang perlu diisi dengan item yang ditawarkan. Pada biasanya butir-butir yang termuat dalam rencana program SAI-SAP terdiri dari kolom bidang ilmu, subbidang ilmu, topik atau pokok bahasan, target, TIU, TIK, pokok-pokok materi, media yang digunakan, waktu yang tersedia, evaluasi, dan kolom untuk sumber bacaan. Butir-butir tersebut tidak mutlak harus mirip itu; ada juga orang yang menyertakan beberapa kolom lagi untuk aktivitas bidang tertentu sesuai dengan detail yang ditetapkannya.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN-SARAN
3.1 Kesimpulan
Konsep teknologi instruksional mirip sudah diuraikan sebelumnya mengandung pengertian yang luas. Di dalamnya terliput seluruh komponen yang mendukungnya, berproses menuju kepada sebuah arah yang jelas sejalan dengan tujuan-tujuan pendidikan. Dengan begitu, pengertian ini ialah proses sistem, metode instruksional yang secara khusus digambarkan atau dijabarkan dalam rancangan pengembangan metode instruksional. Dikatakan tata cara instruksional alasannya seluruh komponen yang terliput di dalamnya merupakan satu kesatuan yang saling berfungsi dan berproses menuju terhadap suatu tujuan.
Dalam pengertiannya yang sempit orang sering menghubungkan teknologi instruksional dengan media, bahkan teknlogi instruksional dianggap sebagai media. Media artinya mediator, susukan pembawa pesan. Dengan demikian, dalam konteks ini teknologi instruksional dianggap sebagai teknologi pembawa pesan, pesan-pesan instruksional, pastinya. Pengertian ini timbul dari hasil revolusi komunikasi yang mampu dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, khususnya acara berguru dan mengajar selain materi-bahan yang telah ada mirip guru, papan tulis, dan alat-alat pengajaran tradisional lainnya. Media yang dimaksudkan di sini ialah radio, televisi, film, video kaset, transparansi, komputer dll., yang dirancang khusus untuk aplikasi aktivitas pendidikan dan instruksional. Di dalam media ini terliput juga perangkat lunak (software) dan perangkat kerasnya (hardware) yang ialah satu kesatuan yang tidak mampu dipisahkan sebab masing-masing tidak mampu bangun sendiri. Contohnya, film tanpa proyektor tidak ada gunanya.
3.2. Implikasi
Tujuan instruksional adalah target simpulan yang dibutuhkan mampu dicapai oleh setiap pelatih pendidikan atau para praktisi komunikasi lainnya sehabis melaksanakan sebuah proses kegiatan instruksional. Tujuan ini berlaku baik bagi komunikator maupun bagi target (komunikan) walaupun sesungguhnya yang hendak diukur keberhasilan-keberhasilannya ialah pihak target. Bagi komunikator, tujuan-tujuan ini setidaknya dapat dijadikan tolok ukur acara untuk pelaksanaan instruksional sehingga proses kerjanya memiliki arah yang terperinci. Sedangkan bagi target, rumusan tujuan ini bisa dijadikan target wacana kesanggupan yang dimilikinya sesudah melewati proses instruksional. Dan memang rumusan tujuan instruksional ini dikhususkan untuk kepentingan sasaran, untuk menyaksikan apakah sasaran telah memiliki kesanggupan yang sesuai dengan teladan tujuan ini atau belum, baik kemampuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor.
3.3 Saran-anjuran
Dari banyak sekali uraian diatas pastinya Terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki oleh setiap tujuan instruksional, terutama TIK, yang antara lain sebagai berikut: yang diantaranya yaitu :
Footnote
-----------------------------
[1]Intens, Wayan, Pemilihan Strategi Instruksional(Jakarta: PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, 1986), h.33
[2]Mudhoffir.Teknologi Instruksional(Bandung: Remadja Karya, 1986), h.22
[3]Sadiman, Arief Sukadi, Pengembangan Sistem Instruksional, (, Jakarta:PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, 1986), h.56
[4]Rahardjo, R., dan L. Hariandja, Media Instruksional (Jakarta:PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, 1986), h.23-30
[5] Wayan, Pemilihan Strategi Instruksional, h.57-58. lihat juga: Depdikbud, Dirjen Dikti, NKK, Kumpulan Naskah Penataran Bimbingan dan Konseling untuk Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi Se-Indonesia: Jakarta:Psikologi Belajar, 1981), h. 22-29
[6]Surachmad, Winarno, 1976. Metodologi Pengajaran Nasional: Sari Didaktik, Jemmars, Bandung. Lihat juga : Mudhoffir.Teknologi Instruksional, h. 22
[7] Arief Sukadi, Pengembangan Sistem Instruksional, h.46-48
[8] Yusup, Pawit M., 1998. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Remaja Rosdakarya, Bandung
Sumber http://makalahmajannaii.blogspot.comTeknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, mekanisme, inspirasi alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta mendesain, melakukan, menganggap, dan mengorganisir perjuangan pemecahan persoalan dalam suasana mencar ilmu yang bertujuan dan terkendali. Di sini perlu digaris bawahi ke dalam suasana berguru yang bertujuan dan yang terkendaliâ yang mempunyai arti tidak menggarap semua faktor berguru. Situasi berguru yang bertujuan dan yang terkendali di sini memiliki arti banyak berkaitan dengan acara instruksional, aktivitas membelajarkan target dengan segala komponen yang diperlukannya. Pesan, orang, materi, alat, teknik, dan lingkungan sebagai komponen-unsur instruksional yaitu bidang-bidang yang digarap untuk kepentingan instruksional. Komponen-unsur tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, dimanfaatkan secara optimal untuk memajukan hasil mencar ilmu target secara terkendali sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Konsep teknologi instruksional seperti tersebut di atas mengandung pengertian yang luas. Di dalamnya terliput seluruh bagian yang mendukungnya, berproses menuju terhadap sebuah arah yang terang sejalan dengan tujuan-tujuan pendidikan. Dengan begitu, pemahaman ini merupakan proses metode, metode instruksional yang secara khusus digambarkan atau dijabarkan dalam konsep pengembangan sistem instruksional. Dikatakan metode instruksional alasannya seluruh unsur yang terliput di dalamnya ialah satu kesatuan yang saling berfungsi dan berproses menuju kepada sebuah tujuan.
2. Perumusah Masalah
- Apakah pengertian Tujuan Instruksional ?
- Bagaimanakah Fungsi, prinsif, strategi, tata cara dari tujuan Instruksional
- Apakah Mamfaat Instruksional dalam TIU dan TIK ?
Sementara yang menjadi tujuan pembahasan pada makalah ini yakni:
- Untuk menemukan pemahaman tujuan Instruksional secara konseptual
- Memahami Fungsi, prinsif, seni manajemen, sistem dari tujuan Instruksional
- Mengenali tujuan Instruksional dalam implementasi di bidang Pendidikan
Untuk memenuhi peran terstuktur pada mata kuliah Teknologi Pendidikan.
Makalah ini akan menjadi bahan penulis-penulis selanjutnya diharapkan dapat digunakan selaku bahan rujukan dalam upaya proses belajar-mengajar di sekolah
Memberikan pengertian dan pemahaman secara generalisasi ihwal tujuan Instruksional dalam bidang pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
FUNGSI, PRINSIP, PERUMUSAN TUJUAN INSTRUKSIONAL, STRATEGI, METODE, SATUAN ACARA INSTRUKSIONAL
PEMBAHASAN
FUNGSI, PRINSIP, PERUMUSAN TUJUAN INSTRUKSIONAL, STRATEGI, METODE, SATUAN ACARA INSTRUKSIONAL
2.1. Fungsi
Terdapat dua fungsi utama dalam teknologi instruksional di dalam prosesnya menuju pencapaian tujuan-tujuannya, ialah fungsi manajemen instruksional dan fungsi pengembangan instruksional. Fungsi pengembangan instruksional merupakan hal yang berafiliasi dengan proses dalam menganalisis duduk perkara, termasuk merancang, melakukan, dan menilai usaha pemecahan dilema. Fungsi-fungsi ini meliputi riset-riset teori, rancangan, produksi, seleksi, evaluasi, logistik, dan pemanfaatan atau penyebaran. Sedangkan fungsi yang berkaitan dengan proses mengarahkan atau mengoordinasi (atau mengorganisir) salah satu atau beberapa dari fungsi tersebut di atas tergolong ke dalam fungsi administrasi instruksional. Fungsi-fungsi ini mencakup pengelolaan organisasi dan pengelolaan personel. Baik fungsi administrasi instruksional maupun fungsi pengembangan instruksional seluruhnya mengacu terhadap unsur-komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, materi, alat, teknik, dan lingkungan, dan dipakai dalam rangka memproses pembelajaran target.[1]
2.2. Prinsip
Prinsip memiliki arti relasi fungsional antara desain-desain. Mempelajari prinsip berarti memplajari pula desain-konsep. Konsep di sini tujuannya ialah gambaran kesimpulan yang ada pada fikiran seseorang ihwal objek atau benda, baik objek yang nyata maupun objek yang abstrak (teoretis). Sebuah konsep perihal kambing, misalnya, bisa bermacam arti yang dikesankan, bergantung pada konteks yang digunakannya serta pada arti denotatif atau arti konotatifnya.
Konsep ihwal teknologi instruksional, seperti telah diuraikan pada bagian yang lalu, ialah satu pengertian yang utuh tentang proses dalam pengelolaan belajar dan mengajar, yang didalamnya melibatkan aneka macam unsur dan aspek-faktor lain yang mendukungnya mirip orang, materi, atau pesan. Berbagai komponen dan aspek lain yang saling berhubungan tadi membentuk suatu korelasi yang bersifat sistemik dan fungsional. Hubungan-kekerabatan tersebut saling mengikat antara yang satu dengan yang lainnya, membentuk suatu keteraturan yang relatif menetap, dan itu dinamakan prinsip, prinsip dalam teknologi instruksional. Sedikitnya ada tiga prinsip yang diketahui dalam teknologi instruksional, ialah: prinsip lebih menekankan kepada target:
prinsip pendekatan sistem:
prinsip pemanfaatan seluas mungkin sumber-sumber gosip edukatif (unsur tata cara instruksional): yang mencakup sumber berita tercetak, terekam, analog, digital, koleksi pada situs-situs internet[2].
2.3. Perumusan Tujuan Instruksional
Rumusan tujuan instruksional beranjak dari kerangka tata cara yang lebih besar, yakni tujuan nasional, baru kemudian tujuan tersebut tersebar ke dalam tujuan-tujuan pada kerangka tata cara yang lebih kecil mirip tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional dan tujuan instruksional. Hubungan antara tujuan-tujuan tesebut bersifat subordinasi. Artinya, tujuan instruksional mesti sejalan, mengacu, dan bedasar pada tujuan kurikuler, seterusnya tujuan-tujuan kurikuler harus sesuai dengan tujuan kelembagaan (institusional), balasannya semua tujuan yang ada mesti mengacu dan mendukung tujuan pendidikan nasional dan tujuan nasional. Subordinasi artinya relasi bertingkat, jadi semua tujuan yang lebih kecil lingkupnya harus sesuai dengan dan mendukung tujuan-tujuan yang lebih luas, yang untuk Indonesia selsai pada tujuan nasional, atau untuk bidang pendidikan adalah tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional ialah yang tercantum dalam rumusan GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara), Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, dan UUD 1945. Konsep ini telah disinggung di bagian lalu, tetapi disini ditulis lagi untuk kepentingan klarifikasi[3].
Tujuan instruksional adalah sasaran simpulan yang dibutuhkan mampu diraih oleh setiap instruktur pendidikan atau para praktisi komunikasi yang lain sehabis melakukan suatu proses acara instruksional. Tujuan ini berlaku baik bagi komunikator maupun bagi target (komunikan) walaupun bahu-membahu yang akan diukur keberhasilan-keberhasilannya yaitu pihak sasaran. Bagi komunikator, tujuan-tujuan ini setidaknya dapat dijadikan tolok ukur aktivitas untuk pelaksanaan instruksional sehingga proses kerjanya memiliki arah yang terang. Sedangkan bagi target, rumusan tujuan ini mampu dijadikan target wacana kemampuan yang dimilikinya sesudah melalui proses instruksional. Dan memang rumusan tujuan instruksional ini dikhususkan untuk kepentingan sasaran, untuk menyaksikan apakah sasaran sudah memiliki kesanggupan yang tepat dengan contoh tujuan ini atau belum, baik kemampuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor.
Tujuan instruksional bekerjsama masih dibedakan antara yang biasa dan yang khusus. Yang pertama rumusannya lebih luas ketimbang yang kedua, dan hasilnya beliau kurang operasional. Tujuan instruksional biasa disingkat TIU, sedangkan tujuan instruksional khusus disingkat TIK. Baik TIU maupun TIK keduanya merupakan standar impian setiap pelatih dalam melakukan tugasnya membelajarkan target. Inilah yang tempaknya akan menjelma satuan rumusan menurut sasaran (tujuan) yang harus dicapai oleh setiap anggota sasaran (komunikan), dan rumusannya disebut sasaran belajar. (Tentang sasaran berguru ini bisa dibaca di daerah lain alasannya adalah ia mempunyai ciri-cirinya yang agak berlainan dengan acuan rumusan tujuan instruksional). Terdapat beberapa sifat yang mesti dimiliki oleh setiap tujuan instruksional, terutam TIK, yang antara lain selaku berikut.
- Tujuan harus menggambarkan kemampuan tertentu yang dibutuhkan bakal tercapai oleh sasaran dan harus bersifat obervable dan measurable (mampu diamati dan dapat diukur), baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotornya.
- Tujuan hendaknya menyebutkan bidang pengalaman tertentu yang harus dikuasai oleh target sehabis berlangsungnya langkah-langkah instruksional.
- Tujuan mesti jelas dan tidak boleh terlampau banyak yang akan dicapainya, misalnya cukup tergambarkan dalam suatu kalimat yang memakai satu kata kerja aktif saja.
- Tujuan mesti bersifat operasional, artinya tidak absurd.
- Tujuan harus mempunyai kegunaan bagi banyak orang. Tujuan-tujuan yang tidak berfaedah tidak perlu dirumuskan dalam kegiatan instruksional.[4]
A. TIU:
1) mengenal konsep ihwal .......
2) mengetahui pemahaman .........
B. TIK:
4) mendefiniskan .........
5) menguraikan .........
6) Bidang afektif:
Setelah mengikuti ceramah ini target diharapkan mampu:
C. TIU:
1) menyadari pentingnya .......
2) memperhatikan ...........
D. TIK:
3) menjawab setaip pertanyaan..........
4) mengubah ...........
c) Bidang psikomotor:
Setelah mengikuti ceramah ini target dibutuhkan mampu:
E. TIU:
1) memperagakan ...........
2) mendemonstrasikan ........
D. TIK:
3) memasang ...........
4) menggerakkan .......
2.4. Strategi instruksional
Strategi instruksional adalah pendekatan menyeluruh atas proses mencar ilmu dan mengajar dalam metode instruksional. Ia merupakan perencanaan penuh perhitungan yang kemungkinan-kemungkinan kegiatannya bakal ditempuh dalam pelaksanaannya nanti, dirinci dengan saksama. Upaya-upaya atau acara lanjut dari taktik ini yakni metode, teknik, dan strategi. Ketiga istilah terakhir ini memiliki arti klasifikasi yang lebih operasional ketimbang seni manajemen, bahkan dapat dibilang metode, teknik, dan taktik merupakan kelanjutan kegiatan strategi secara operasional, eksklusif, dan mudah. Akan namun, apabila ditelusuri lagi, ketiga istilah ini masing-masing bisa memiliki arti yang tidak sejalan, artinya tidak berada pada kerangka metode yang berhubungan secara subordinatif.
Metode bisa merupakan klasifikasi dari taktik sebab upaya untuk mencapai tujuan-tujuan taktik bisa ditempuh dengan aneka macam metode. Metode itu bisa terjadi cukup luas, utamanya jikalau dilihat segi operasionalisasinya seperti misalnya ada sistem ceramah, metode diskusi, dan sistem-tata cara komunikasi sejenisnya. Namun, teknik dan apalagi strategi mempunyai pengertian yang lebih sempit lagi karena dia merupakan bab eksklusif dari sistem. Artinya, pelaksanaan sebuah metode bisa ditempuh dengan banyak sekali teknik. Metode mengajar berkuliah, misalnya, bisa dikerjakan dengan bermacam teknik yang tepat untuk suasana dan kondisi tertentu. Pengertian seni manajemen lebih sempit lagi daripada beberapa ungkapan terdahulu. Ia ialah istilah yang sesungguhnya jarang dipakai dalam dunia instruksional. Dalam konteks lazim, seni manajemen kadang kala memiliki konotasi negatif walaupun tidak selalu demikian. Taktik banyak dikaitkan dengan kelihaian, atau bahkan kelicikan, akal akal seseorang untuk mengakali orang lain agar beliau mampu mendapat keuntungan dari akalnya tadi. Taktik lazimnya sulit dipelajari secara teknis alasannya adalah ia lebih banyak berkaitan dengan kepintaran logika seseorang pada sebuah suasana.[6]
Beberapa tata cara yang serig digunakan dalam kegiatan atau lebih utamanya dalam taktik instruksional antara lain yakni sistem ceramah, tata cara tanya jawab, metode diskusi, tata cara seminar, sistem simulasi, sistem laboratorium, dan tata cara kuliah lapangan. Di antara semua sistem tersebut tidak dapat dikatakan mana yang lebih unggul atau bahwa sistem tertentu lebih baik untuk semua keadaan ketimbang yang yang lain alasannya adalah masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Pada situasi tertentu tata cara ceramah barangkali akan lebih baik ketimbang tata cara-sistem yang lain, juga sebaliknya. Di sinilah letak wacana pentingnya pemilihan taktik bagi seorang komunikator pendidikan, dan terutama pemilihan sistem yang mau digunakan pada suasana dan keadaan yang sedang dihadapinya. Masalah tata cara instruksional tidak kami bahasa lebih panjang lagi berhubung dengan terbatasnya halaman. Pembaca yang budiman dipersilakan membaca lebih lanjut dalam buku yang khusus membahas masalah taktik instruksional, termasuk masalah sistem, teknik, dan strategi yang dibahas di dalamnya.
2.5. Metode Instruksional dan waktu pelaksanaannya
Strategi artinya sebuah perencanaan menyeluruh atas semua aspek aktivitas dengan rincian pelaksanaan yang runtut sehingga dibutuhkan dapat menjamin kelangsungan dan kesuksesan acara tersebut. Meskipun bantu-membantu tidak ada jaminan sesungguhnya perihal kesuksesan yang diharapkannya itu, namun setidaknya akan lebih baik risikonya dibandingkan dengan kegiatan yang tanpa penyusunan rencana dan taktik. Adapun sistem ialah bagian dari taktik, artinya sebuah teknik atau cara yang runtut untuk melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan yang sudah dijadwalkan dalam taktik tadi.
Dalam program pendidikan pengguna, contohnya, taktik artinya suatu perencanaan menyeluruh atas pelaksanaan kegiatan pendidikan pengguna perpustakaan dengan runtutan acara yang terperinci. Untuk melaksanakan seni manajemen pendidikan pengguna ini dilakukan dengan metode acara, yang antara lain dijalankan dengan tata cara pengajaran dalam acara pendidikan pengguna. Karena program pendidikan pengguna juga selaku program mencar ilmu dan mengajar antara pustakawan dan pengguna pada umumnya dalam hal pemanfaatan segala gosip dan sumber-sumber informasi di perpustakaan, maka tata cara pengajarannya seperti dengan sistem pengajaran yang dijalankan di dunia pendidikan pada umumnya. Metode pengajaran ini melibatkan berbagai media yang digunakan dalam program pendidikan pengguna, dan namanya media pengajaran.[7]
Dari banyaknya tata cara pengajaran dan juga media pengajaran yang mampu digunakan dalam pelaksanaan aktivitas program pendidikan pengguna perpustakaan, maka pustakawan tidak perlu menggunakan seluruhnya sekaligus atau asal-asalan. Penetapan sistem dan media yang dipakai hendaknya diubahsuaikan dengan suasana dan kondisi pada dikala pelaksaan acara pendidikan pengguna perpustakaan ini dilakukan. Tak ada satu tata cara dan media pun yang secara lazim lebih unggul dan bisa digunakan di segala situasi dan keadaan. Yang ada hanyalah bahwa media dan tata cara pengajaran tertentu lebih sesuai atau lebih cocok bila dipakai pada suasana dan kondisi tertentu pula.
2.6. Satuan Acara Instruksional
Kini kita sampai pada pembuatan satuan program instruksional selaku persiapan untuk suatu acara instruksional, baik itu kuliah, mengajar, ceramah, ataupun langkah-langkah komunikasi kepada sekelompok sasaran. Persiapan itu kita susun ke dalam suatu pola yang dinamakan Satuan Acara Instruksional (SAI) atau Satuan Acara Pembelajaran (SAP), bergantung pada konteks mana pola itu diperuntukkan. Di sekolah diketahui SAP, juga di perguruan tinggi. Namun, untuk konteks instruksional yang lebih luas kami menyebutnya dengan SAI.
Manfaat SAI atau SAP yang paling penting yakni selaku bahan pemikiran bagi seorang komunikator, yakni guru, pelatih, penyuluh lapangan, penatar, atau para praktisi komunikasi yang lain dalam melaksanakan kegiatannya mengkomunikasikan inspirasi atau gagasannya kepada target. Pola SAI-SAP ini juga bisa dibuat untuk satu paket acara lengkap selama berulang kali waktu pertemuan ataupun hanya untuk satu kali tampilan saja. Pada aktivitas instruksional di sekolah dan di sekolah tinggi tinggi, contoh ini mampu dibentuk secara lengkap, misalnya untuk satu mata pelajaran atau mata kuliah selama satu semester. Namun, untuk acara komunikasi instruksional yang lain mirip misalnya penataran, penyuluhan, atau ceramah teladan pembuatannya mampu diubahsuaikan dengan luasnya bidang garapan, ruang lingkupnya, dan alokasi waktu yang tersedia. Bisa setengah jam, satu jam, dua jam, atau beberapa jam yang dikerjakan dalam sekali, dua kali, atau beberapa kali tampilan, contohnya[8].
Secara ringkas pembuatan SAI-SAP bisa menganut banyak sekali cara, baik berbentuktopik-topik yang diuraikan maupun berupa kolom-kolom yang perlu diisi dengan item yang ditawarkan. Pada biasanya butir-butir yang termuat dalam rencana program SAI-SAP terdiri dari kolom bidang ilmu, subbidang ilmu, topik atau pokok bahasan, target, TIU, TIK, pokok-pokok materi, media yang digunakan, waktu yang tersedia, evaluasi, dan kolom untuk sumber bacaan. Butir-butir tersebut tidak mutlak harus mirip itu; ada juga orang yang menyertakan beberapa kolom lagi untuk aktivitas bidang tertentu sesuai dengan detail yang ditetapkannya.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN-SARAN
3.1 Kesimpulan
Konsep teknologi instruksional mirip sudah diuraikan sebelumnya mengandung pengertian yang luas. Di dalamnya terliput seluruh komponen yang mendukungnya, berproses menuju kepada sebuah arah yang jelas sejalan dengan tujuan-tujuan pendidikan. Dengan begitu, pengertian ini ialah proses sistem, metode instruksional yang secara khusus digambarkan atau dijabarkan dalam rancangan pengembangan metode instruksional. Dikatakan tata cara instruksional alasannya seluruh komponen yang terliput di dalamnya merupakan satu kesatuan yang saling berfungsi dan berproses menuju terhadap suatu tujuan.
Dalam pengertiannya yang sempit orang sering menghubungkan teknologi instruksional dengan media, bahkan teknlogi instruksional dianggap sebagai media. Media artinya mediator, susukan pembawa pesan. Dengan demikian, dalam konteks ini teknologi instruksional dianggap sebagai teknologi pembawa pesan, pesan-pesan instruksional, pastinya. Pengertian ini timbul dari hasil revolusi komunikasi yang mampu dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan, khususnya acara berguru dan mengajar selain materi-bahan yang telah ada mirip guru, papan tulis, dan alat-alat pengajaran tradisional lainnya. Media yang dimaksudkan di sini ialah radio, televisi, film, video kaset, transparansi, komputer dll., yang dirancang khusus untuk aplikasi aktivitas pendidikan dan instruksional. Di dalam media ini terliput juga perangkat lunak (software) dan perangkat kerasnya (hardware) yang ialah satu kesatuan yang tidak mampu dipisahkan sebab masing-masing tidak mampu bangun sendiri. Contohnya, film tanpa proyektor tidak ada gunanya.
3.2. Implikasi
Tujuan instruksional adalah target simpulan yang dibutuhkan mampu dicapai oleh setiap pelatih pendidikan atau para praktisi komunikasi lainnya sehabis melaksanakan sebuah proses kegiatan instruksional. Tujuan ini berlaku baik bagi komunikator maupun bagi target (komunikan) walaupun sesungguhnya yang hendak diukur keberhasilan-keberhasilannya ialah pihak target. Bagi komunikator, tujuan-tujuan ini setidaknya dapat dijadikan tolok ukur acara untuk pelaksanaan instruksional sehingga proses kerjanya memiliki arah yang terperinci. Sedangkan bagi target, rumusan tujuan ini bisa dijadikan target wacana kesanggupan yang dimilikinya sesudah melewati proses instruksional. Dan memang rumusan tujuan instruksional ini dikhususkan untuk kepentingan sasaran, untuk menyaksikan apakah sasaran telah memiliki kesanggupan yang sesuai dengan teladan tujuan ini atau belum, baik kemampuan yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor.
3.3 Saran-anjuran
Dari banyak sekali uraian diatas pastinya Terdapat beberapa sifat yang harus dimiliki oleh setiap tujuan instruksional, terutama TIK, yang antara lain sebagai berikut: yang diantaranya yaitu :
- Tujuan harus menggambarkan kemampuan tertentu yang diperlukan bakal tercapai oleh target dan mesti bersifat obervable dan measurable (mampu diperhatikan dan mampu diukur), baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotornya.
- Tujuan hendaknya menyebutkan bidang pengalaman tertentu yang mesti dikuasai oleh target setelah berlangsungnya tindakan instruksional.
- Tujuan harus terperinci dan dihentikan terlampau banyak yang mau dicapainya, misalnya cukup tergambarkan dalam suatu kalimat yang memakai satu kata kerja aktif saja.
- Tujuan harus bersifat operasional, artinya tidak absurd.
- Tujuan harus memiliki kegunaan bagi banyak orang. Tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat tidak perlu dirumuskan dalam aktivitas instruksional.
DAFTAR PUSTAKA
- AECT, 1977. The Definition of Education Technology, AECT, Washington, D.C.
- Basset, Ronald E., dan Mary-Jeanette Smythe, 1979. Communication and Instruction, New York, Harper dan Row
- Depdikbud, Dirjen Dikti, NKK, 1981. Kumpulan Naskah Penataran Bimbingan dan Konseling untuk Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi Se-Indonesia: Psikologi Belajar, UI, Jakarta.
- Intens, Wayan, 1986. Pemilihan Strategi Instruksional, PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, Jakarta
- Jourdan, Manfres, 1984. Communicative Competence of the Educator and the Educatee, dalam Education Vol. 30, Institute for Scientific Cooperation, Tubingen.
- Kartasurya, Koyo, 1986. Pendekatan Sistem, PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, Jakarta.
- Mudhoffir, 1986. Teknologi Instruksional, Remadja Karya, Bandung.
- Rahardjo, R., dan L. Hariandja, 1986. Media Instruksional, PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, Jakarta.
- Sadiman, Arief Sukadi, 1986. Pengembangan Sistem Instruksional, PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, Jakarta.
- Saettler, Paul, 1986. A History of Instructional Technology, McGraw-Hill, New York.
- Sudjarwo, S., 1986. Pengertian dan Peranan Sumber Belajar, PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, Jakarta
- Surachmad, Winarno, 1976. Metodologi Pengajaran Nasional: Sari Didaktik, Jemmars, Bandung.
- Yusup, Pawit M., 1998. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Remaja Rosdakarya, Bandung
Footnote
-----------------------------
[1]Intens, Wayan, Pemilihan Strategi Instruksional(Jakarta: PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, 1986), h.33
[2]Mudhoffir.Teknologi Instruksional(Bandung: Remadja Karya, 1986), h.22
[3]Sadiman, Arief Sukadi, Pengembangan Sistem Instruksional, (, Jakarta:PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, 1986), h.56
[4]Rahardjo, R., dan L. Hariandja, Media Instruksional (Jakarta:PAU-UT dan Pustekkom Dikbud, 1986), h.23-30
[5] Wayan, Pemilihan Strategi Instruksional, h.57-58. lihat juga: Depdikbud, Dirjen Dikti, NKK, Kumpulan Naskah Penataran Bimbingan dan Konseling untuk Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi Se-Indonesia: Jakarta:Psikologi Belajar, 1981), h. 22-29
[6]Surachmad, Winarno, 1976. Metodologi Pengajaran Nasional: Sari Didaktik, Jemmars, Bandung. Lihat juga : Mudhoffir.Teknologi Instruksional, h. 22
[7] Arief Sukadi, Pengembangan Sistem Instruksional, h.46-48
[8] Yusup, Pawit M., 1998. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Remaja Rosdakarya, Bandung
EmoticonEmoticon